Ernesto Che Guevara, Sahabat Bung Karno yang Sama-sama Diduga Buruan CIA

1297

Menyebut nama Ernesto "Che" Guevara (1928–1967), sudah tak lagi asing lagi. Pejuang yang peka pada penderitaan rakyat ini adalah dokter, penulis dan revolusioner asal Argentina. Ia dikenal dekat dengan rakyat kecil di Amerika Selatan yang pada waktu itu dibawah penindasan diktator dan juga militer dukungan CIA - Amerika.

Dikutip dari infonews, semasa Che menjadi mahasiswa kedokteran di Argentina, dia berkelana dibeberapa negara Amerika Selatan dengan sepeda motor bersama sahabatnya Alberto Granado. Mereka sempat menyaksikan penderitaan dan kelaparan dari petani miskin dinegara negara yang dikunjunginya.

Catatan harian yang dibuatnya selama berkelana dengan motor dibukukan dan kemudian diterbitkan oleh "Verso Books" dan dibuat film dengan judul "The Motorcycles Diary" (Diarios de motocicleta - 2004), setelah dia meninggal.

Keterlibatannya dalam revolusi petani dimulai di Guatemala karena kemarahannya dengan pembunuhan President Jacobo Árbenz yang didalangi oleh CIA. Dia dibunuh karena melakukan reformasi sosial yang tidak menguntungkan kapitalist Amerika yang memiliki perusahaan the United Fruit Company yang beroperasi di Guatemala. Keterlibatannya dalam revolusi rakyat ini menjadikan dia menjadi "Marxist".

Setelah itu di Mexico City, Che bertemu dengan Raúl dan Fidel Castro, dan dia bergabung dengan "Gerakan 26 July" pimpinan Castro yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Diktator Fulgencio Batista yang didukung CIA di Cuba.

Che menjadi orang kedua Castro dan akhirnya berhasil menggulingkan Diktator Batista setelah dua tahun bergerilya (1959). Setelah kemenangan revolusi Cuba, Che ditugaskan oleh Castro untuk menemui Sukarno di Jakarta (1959) dan beberapa tokoh gerakan non-blok. Pada kunjungan Che ke Indonesia (1959) dia menyempatkan ke Borobudur bersama rombongannya.

Di tahun 1965 Che meninggalkan Cuba untuk mendukung revolusi rakyat di Congo dan Bolivia. Tetapi pada revolusi di Bolivia Che tertangkap oleh agen CIA dan dieksekusi (9 Oktober 1967). Para Ahli Sejarah juga membuktikan bahwa kemudian CIA terlibat dalam penggulingan Sukarno dan pendirian Orde Baru di Indonesia.

Presiden Sukarno berkunjung ke Havana di tahun 1960. Kunjungan Sukarno ke Cuba untuk membangun hubungan bilateral Indonesia - Cuba dan dalam rangka pembangunan gerakan negara non-blok. Kerjasama bilateral Indonesia - Cuba difokuskan pada program kesehatan dan olah raga. Cuba memang berhasil dalam pembangunan pelayanan kesehatan cuma cuma untuk seluruh rakyatnya, sedang kerjasama dalam bidang olah raga khusus untuk tinju, bola voley dan senam dimana Cuba meraih medali emas di Olimpiade.

Kedutaan Indonesia dibuka di Havana dan Kedutaan Cuba dibuka di Jakarta. Indonesia bekerja sama dengan Cuba dalam gerakan negara-negara Non-Blok, Group Negara 77 dan Forum Kerja Sama Asia Timur dan Amerika Latin.

Kelanjutannya, pada tanggal 11–14 April 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengunjungi Havana untuk menghadiri pertemuan puncak G-77. Selama di Havana Fidel Castro menemui Gus Dur di Melia Hotel.

Pada tahun 2008 Pemerintah Indonesia menerbitkan Perangko Khusus untuk memperingati kerjasama dengan Cuba, dengan gambar Castro dan Che. Sebaliknya Cuba juga menerbitkan perangko khusus kerjasama Cuba Indonesia dengan gambar Sukarno.

(Sumber : Infonews) 

SHARE

KOMENTAR