Ketua Ranting Harjasari, Beni : Pemuda Tangguh itu Pejuang Rakyat dan Pemilik Literasi

918
Beni Sitepu

Kemajuan bangsa, berada di tangan pemudanya. Pemuda saat ini, berbeda dengan terdahulu. Generasi milenial, demikian sebutannya, diketahui lebih banyak eksis dan ketergantungan medsos. Swafoto pun kini menjadi hobi baru yang diminati banyak pemuda di medsos.

Jika generasi pra kemerdekaan dulu pemuda berperan melakukan perlawanan terhadap penjajah, melakukan pencerdasan di kampung-kampung menjadi pendidik demi mencerdaskan anak bangsa, hingga ikut memberdayakan lingkungannya.

Kini, berubah. Meski tak semuanya, namun saat ini tak sedikit, pemuda yang memilih pasif, bersikap skeptis. Medsos pun menjadi sahabat karibnya demi eksis dengan pamer foto selfie dengan senyam senyum atau pamer kemewahan. Semangat ingin setor muka demi cari nama, bak politisi yang sedang haus ingin cari panggung pun demi pencitraan, terlihat mulai menular di kalangan pemuda. Lobi-lobi di “lantai licin” pun kini jadi kegemaran baru, dibanding tergugah berpikir atau peduli memberdayakan kaum papa.

Ketularan bergaya politisi? Mungkin, iya! Pemuda yang bertipe pemimpin, pemikir, kekinian nyaris langka karena tak sedikit yang alih profesi, menjadi penggemar dukung mendukung. Bukan melatih diri menjadi pemimpin yang gemar berjuang.     

Melek teknologi digital, memang perlu. Tapi, sebagai pemuda, yang lebih penting lagi masih memiliki semangat pengabdian untuk memberdayakan masyarakat dengan berkarya dan berperan aktif membangun potensi sumber daya.

Ada harapan di generasi muda saat ini, karena pada 2030 Indonesia akan menikmati bonus demografi. Pada era ini komposisi penduduk Indonesia didominasi usia produktif. Generasi atau pemuda saat ini lahir di saat era ketika teknologi canggih dan internet semakin masif digunakan, ditandai pemanfaatan media sosial sebagai platform komunikasi dan sosialiasi.

Tantangan yang dihadapi bangsa saat ini seyogianya dijawab generasi muda dengan berperan menjadi agen perubahan. Tak cukup dengan memiliki semangat kepemimpinan, tapi juga harus memiliki jiwa sukarelawan, kepedulian  dan mau berkontribusi sebagai tulang punggung pembangunan dan sebagai penggerak perekonomian. Bukan sekedar menjadi pemuda pesolek yang rajin selfi di medsos.

Dalam” Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009″ tentang Kepemudaan tertulis  bahwa ” Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai  30 (tiga puluh) tahun”.

Mengutip kata Proklamator RI, Bung Karno, “berikan aku 1.000 orang tua akan aku cabut semeru dari akarnya, tapi berikan aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Kalimat Bung Karno tersebut menyampaikan pesan moral betapa dahsyatnya pemuda sebagai agen perubahan. Selain itu, pesan tak tersirat dari Bung Karno, jangan pernah bangga sebagai pemuda jika tak merasa memiliki prestasi.

Sebab, ditangan pemuda, sebuah perubahan bisa terjadi, sebab, daya imajinasi, kreasi dan inovasi senantiasa melekat pada semangat generasi muda. Pemuda juga harus memiliki kebangaan sebagai kaum pemikir. Bukan sebagai kaum pekerja. Atau, kaum hore-hore atau penggembira. Karena, kekinian, spirit tak sedikit kaum muda yang sudah mulai kekeringan budaya literasi. Pemuda harus berani membawa perubahan dan berteriak sekencang-kencangnya setelah memiliki prestasi dengan pekik, mer-de-kaa!

Tidak perlu menunggu tua untuk memperkaya pengetahuan. Pemuda, yang sudah bertambah pengetahuannya dari proses pembelajaran, perlu mengamalkannya sesegera mungkin. Berperan sebagai agen perubahan dalam pembangunan, minimal dalam lingkungan terdekatnya.

Pentingnya peran pemuda dalam mengamalkan pengetahuan, karena dalam jiwa pemuda memiliki potensi yang dapat diharapkan. Pemuda memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih jika semangat bercampur dengan pengetahuan dan diimplementasikan melalui tindakan. Maka niscaya akan tercipta suatu perubahan. Salam pemuda pro kaum miskin kota!

(Penulis : Beni Sitepu)  

 

SHARE

KOMENTAR