Kisah Bung Karno, Bangga Jadi Pejuang Miskin

861
Foto : Ist

Aartreya.com- Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia.. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin. Demikian kata Preklamtor RI Soekarno yang popular. Presiden RI Pertama, Soekarno, merupakan orang yang memiliki perhatian begitu besar pada kemiskinan.

Dilansir dari void.id, hampir dalam tiap kesempatan, Bung Besar dengan bangga menegaskan dirinya hidup di tengah-tengah kemiskinan. Ya, Bung Karno sempat menyandang status sosial sebagai priayi rendahan.

"Aku tidak mengenal sendok dan garpu. Ketiadaan yang keterlaluan demikian ini dapat menyebabkan hati kecil di dalam menjadi sedih,” ungkap Bung Karno, dikutip Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).

Bung Karno menambahkan, gaji yang diterima bapaknya, Soekemi tak seberapa. Kata Bung Karno gaji itu hanya cukup untuk makan sehari-hari dan sewa rumah. Kehidupan semakin sulit dirasakan saat Bung karno berusia enam tahun.

Saat itu keluarga Bung Karno pindah ke Mojokerto. Bung Karno lalu tinggal di lingkungan yang dihuni oleh sebagian besar orang miskin. Akan tetapi mereka selalu punya sisa uang sedikit untuk membeli papaya atau jajan yang lain. Sementara, Bung Karno tidak sama sekali. Ia lebih miskin dari orang-orang yang bahkan dipandang miskin secara umum.

“Tapi aku tidak. Tidak pernah,” ucap Bung Karno.

Kesedihan Bung Karno akan kemiskinan semakin jadi setiap Lebaran tiba. Pada momentum itu segenap umat Islam berpesta. Namun tidak bagi keluarga Bung Karno. Keluarganya bahkan tak pernah berpesta maupun mengeluarkan fitrah. Keluarganya, kata Bung Karno tak punya uang untuk itu.

Jangankan untuk berpesta di hari Lebaran, untuk main petasan saja Bung Karno nyaris tak pernah merasakannya. Ia tak pernah punya uang jajan. Bung Karno hanya bisa mengintip anak-anak lain main petasan lewat lubang udara di kamar tidurnya.

“Di sekeliling terdengar bunyi petasan berletusan disela oleh sorak-sorai kawan-kawanku karena kegirangan. Betapa hancur luluh rasa hatiku yang kecil itu memikirkan, mengapa semua kawan-kawanku dengan jalan bagaimanapun dapat membeli petasan yang harganya satu sen itu, dan aku tidak!” Bung Karno.

Lebih lengkap terkait Bung Karno dan petasan pernah kami ulas dalam tulisan “Gelagar Riwayat Petasan di Bulan Ramadan”.

Sederet pengalaman masa kecil itu jadi penggerak bagi Bung Karno memerjuangkan serta membela nasib rakyat miskin. Bung Karno dengan keberaniannya muncul sebagai penentang utama yang mengutuk kolonialme dan kapitalisme. Kemiskinan jadi dasar yang mengajarkan Bung Karno untuk melawan, membela, dan membawa kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

(Sumber : voi.id)

SHARE

KOMENTAR