Rusia Siapkan Nuklir, Akankah Perang Dunia ke-3 Meletus?

341
Dr Agus Surachman, SH, SP1

Ancaman Perang Dunia 3 kian menguat seiring dengan terdesaknya pasukan Rusia dalam kampanye militer Presiden Vladimir Putin di Ukraina.

Pihak Kremlin pun kembali menegaskan ancaman perang besar itu apabila Ukraina nekat bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Demikian disampaikan akademisi Dr Agus Surachman, SH SP1 saat diwawancarai di kantornya di Jalan Raya Tajur, Kota Bogor.   

Saat ini, sekutu Rusia tergabung dalam sebuah aliansi bernama Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty Organization (CSTO). Tujuan dibentuknya organisasi CSTO salah satunya untuk melindungi negara anggota satu kawasan jika mendapat agresi dari negara lain.

“Sekutu Rusia diantaranya Belarus yang dahulu dikenal dengan Rusia Putih (Belorussia) terletak di Eropa Timur. Lalu, Armenia. Armenia mendapatkan kemerdekaannya setelah Uni Soviet bubar. Kemudian, Kazakhstan, negara ini juga sempat menjadi bagian dari Uni Soviet dan memerdekakan diri pada 16 Desember 1991,” kata pria yang juga dosen pasca sarjana salah satu PTS Bogor, Kamis (27/10/2022).

Selanjutnya, sambung Agus,Tajikistan, Kirgistan, China.

“Meski bukan salah satu anggota CSTO, China selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Moskow. Dan, Kuba. Sama dengan China, Kuba juga bukan termasuk anggota CSTO. Akan tetapi, Kuba telah lama diketahui sebagai salah satu mitra erat Rusia,” tuturnya.

“Saya merasa perang dunia ketiga, sangat mungkin terjadi. Saat ini yang berperang Rusia dan Ukraina. Lalu, dibelakangnya, pihak barat Eropa dan Amerika. Hal lain, juga terjadi konflik yang menbghangat China dan Taiwan. Nuklir akan digunakan jika keadulatan negara terganggu. Jadi, sangat mungkin terjadi (PD III),” imbuhnya.      

Saat ini, sekutu Amerika sebagaimana diketahui yakni North Atlantic Threaty Organization atau NATO yang berperan besar dalam invasi Rusia ke Ukraina. Anggota NATO terdiri atas beberapa negara Eropa dan negara di Amerika Utara. Saat ini, jumlah anggota NATO sebanyak 30 negara.

“Jika terjadi penggunaan nuklir, kemungkinan akan terjadi kehancuran dari kedua belah pihak, kubu Amrika atau Rusia,” imbuhnya.  

Dia menjelaskan, negara-negara pendiri NATO alias angota awal NATO adalah Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Selain itu, kini negara-negara anggota NATO selain negara pendiri adalah Yunani, Turki, Jerman, Spanyol, Republik Ceko, Hongaria, Polandia, Bulgaria, Estonia, Latvia, Lituania, Rumania, Slovakia, Slovenia, Albania, Kroasia, Montenegro, dan Makedonia Utara.

Pada awal berdiri negara anggota NATO tugasnya adalah memperkuat militer barat dalam menghadapi invasi Rusia. Pakta 1949 memang tidak bisa dilepaskan dengan persaingan antara blok timur dan blok barat setelah Perang Dunia II. Blok timur merupakan pendukung Uni Soviet, sementara blok barat berpihak pada Amerika Serikat.

“Terkini, ada istilah 'bom kotor' disorot setelah menjadi topik pembahasan antara Amerika Serikat dan Rusia baru-baru ini. Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, berbicara melalui telepon dengan Kepala Staf Gabungan Rusia Jenderal Valery Gerasimov pada Selasa (25/10) demi membahas ancaman 'bom kotor' yang kemungkinan digunakan di Ukraina,” ucap Agus.

“Tuduhan atau isu bom kotor ini, tak beda invasi Amerika di Irak. Saat itu diisukan ada senjata berbahaya. Tapi akhirnya tak terbukti. Begitu juga di Syria. Dunia sudah tahu itu kebohongan Amerika,” lanjutnya.     

Lalu, apakah akan berdampak jika suhu politik terus memanas dan meletus PD III?   

“Tentu. Yang pasti, akan terjadi lonjakan minyak dunia. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang masih bergantung pada impor minyak dan gas dunia. Apabila terjadi lonjakan harga minyak, maka dapat dipastikan akan terjadi inflasi dan APBN negara pun tentunya akan terganggu. Adanya inflasi ini akan mengakibatkan daya beli tertekan sehingga menyebabkan merosotnya pertumbuhan ekonomi,” jawabnya.  

Selain itu, penurunan nilai mata tukar uang rupiah.

“Hal berikutnya yang akan menjadi dampak dari perang ke-3 ialah terjadinya penurunan nilai tukar mata uang rupiah. Dolar merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi mata uang seluruh negara. Serta, turunnya ekspor. Hal ini akan sangat menyulitkan Indonesia untuk melakukan ekspor ke negara-negara lain. Sulitnya ekspor ini akan berdampak terhadap pemasukan pendapatan Negara,” tuntasnya. (Eko Octa)  

SHARE

KOMENTAR