Dody Suhada : Bulan Bung Karno, Momen Pembumian Spirit Nasionalisme

43

Aartreya – Juni, setiap tahunnya diperingati sebagai Bulan Bung Karno. Bulan itu dipilih karena terdapat beberapa tanggal penting terkait Soekarno, sebagai proklamator dan presiden pertama Indonesia. Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen) DPN Repdem, Dody Achdi Suhada.        

“Bulan Juni menjadi waktu untuk mengenang jasa Bung Karno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dan, di bulan tersebut ada tanggal penting yang berkaitan dengan Bung Karno yakni 1 Juni, Hari Lahir Pancasila, yang dicetuskan oleh Bung Karno. Lalu, 6 Juni, hari kelahiran Bung Karno. Dan, 21 Juni, wafat Bung Karno,” kata Dody kepada media online ini, Jumat (30/5/2025).

Melalui Bulan Bung Karno, aktivis Repdem yang juga seorang arsitek ini sampaikan, ada banyak pemikiran dan idealisme Sang Proklamator yang perlu dijadikan pedoman untuk kaum muda saat ini. Namun, ia merasa prihatin kekinian tak sedikit generasi muda yang tak mengenal sejarah dan tak miliki spirit nasionalisme juga idealism karena dampak teknologi.  

Dody bertutur, Bung Karno sebagai panutan masih layak ajarannya jadi pedoman agar rasa cinta Tanah Air kaum muda makin tebal.

“Bung Karno pernah mengatakan, orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin. Hingga, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Yang artinya, idealime dan spirit nasionalisme itu perlu dimiliki agar bisa menjaga keutuhan bangsa ini juga masa depan bangsa,” tukasnya.

Dody juga mengktirisi rapuhnya sistem pendidikan sumber daya manusia saat ini karena ketergantungan pada teknologi. Dampaknya, daya ingat hingga spirit ideologi nasionalisme terkikis. Ia pun membandingkan dengan Finlandia yang dikenal dengan sistem pendidikan terbaik dunia yang saat ini sudah kembali ke penggunaan buku dan pena setelah periode penggunaan perangkat digital dalam pendidikan.

“Pendidikan era dulu, tanpa ketergantungan teknologi (internet) atau gadget. Nilai tambahnya, generasi dulu hafal di luar kepala soal hitungan. Bahkan, juga pendidikan karakter budi pekerti dijiiwai,” tuturnya.

“Kini, sebaliknya. Kaum muda banyak tak hafal dan cenderung tergantung internet atau hape. Begitupun soal pelajaran karakter budi pekerti atau Pancasila tak lagi ada. Dampaknya, fenomena tawuran karena tipisnya rasa bersaudara sesama pelajar kerap terjadi. Berbeda dengan generasi dulu. Begitupun rasa cinta Tanah Air, kebangsaan hingga cinta sejarah," ucap Dodi panjang lebar.

Mengakhiri wawancara, Dody menyampaikan, perlunya digeliatkan kembali semangat nasionalisme dan idealisme melalui peringatan Bulan Bung Karno.

“Yang perlu diingat, rasa nasionalisme dan idealime cinta tanah air itu yang harus hadir di setiap diri kaum muda. Karena, itu yang akan menjaga dan utuhkan NKRI ini,” tuntas Dody. (Eko Okta)

SHARE

KOMENTAR