Kecewa dengan Manuver Tak Beretika Gibran, Mantan Relawan Jokowi dan Aktivis 98 Siap Lawan Orba

182
Liva dan Abdul Latif

Aartreya – Mantan Relawan Jokowi Kota Bogor, Diajeng Liva secara blak-blakan mengaku kecewa dengan manuver Gibran Rakabuming Raka maju sebagai Cawapres Prabowo Subianto. Penuturannya, Jokowi yang semula merupakan sosok panutan dan tauladannya, kini sirna karena ulah Gibran.

“Gibran sudah membuat semua yang baik dari Jokowi pupus. Hancur lebur. Jika sebelumnya Jokowi memberi tauldan sosok merakyat, sekarang sebaliknya, khusus anak pejabat seolah bisa berbuat seenaknya. Jokowi atau Gibran sepertinya lupa, jika PDI Perjuangan lah yang sudah berjasa banyak pada pemilu presiden sebelumnya,” kata Liva yang menolak dan merasa malul sebaga dengan sebutan relawan Jokowi, Minggu (29/10/2023).

Ia melanjutkan, prototip masa lalu Jokowi kini hanya ada pada Calon Presiden, Ganjar Pranowo.

“Jika dulu, Jokowi tampil sebagai anak kandung rakyat yang merakyat, kini tidak lagi. Dia sudah jadi presiden. Itu pun berkat PDI Perjuangan. Sosok anak kandung rakyat itu hanya ada pada Ganjar. Dia juga bertipe merakyat. Dan, yang pasti bukan orba,” ucapnya.

“Terkait Gibran dia juga tak lekat dengan sebutan anak rakyat atau pemimpin merakyat. Dia adalah anak presiden. Anak pejabat, yang menunjukan syahwatnya ingin berkuasa jadi cawapres, minim pengalaman. Dan, yang utama, tak tahu diri, erita masalalunya dibantu PDI Perjuangan kini malah berkhianat,” kesalnya.

Terpisah, aktivis 98 Abdul Latif secara lugas mengatakan menyesali dirinya pernah jadi relawan Jokowi.

“Saya malu. Kenapa tidak sekalian Jokowi saja yang maju jadi presiden? Semestinya, di penghujug akhir jabatan, Jokowi memberi  tauladan baik kepada rakyat dengan tidak membangun politik dinasti. Ini anaknya, Gibran malah mempetontonkan politik dinasti dan politik malin kundang. Tak tahu diri. Tak tahu malu! Padahal, dia berstatus kader PDI Perjuangan sebelum akhirnya memutuskan sepihak jadi cawapres Prabowo,” ungkap Latif.

Manuver politik Gibran, lanjut Latif, menunjukan hadirnya neo orba dan paham orba-isme.

“Seperti diketahui, orba itu sarat dengan ciri KKN atau politik dinasti. Tak ada etika politik karena demokrasi dinodai. Dan, kami aktivis 98 bersama kawan-kawan jaringan 98 menyatakan, siap berhadapan. Siap kembali turun ke jalan. Siap melakukan perlawanan! Karena, orba bahaya laten juga musuh bangsa ini,” tuntasnya. (3, Eko Okta Ariyanto)

SHARE

KOMENTAR