Aartreya – Ketua Ganjaris Kota Bogor, Michael Djarot menganalisa, gaduh soal sanksi FIFA yang mengkaitkan dengan nama Ganjar Pranowo disebutnya tak akan mengurangi elektabilitas bakal calon presiden asal PDI Perjuangan. Menurutnya, karena Ganjar hadir bersama rakyat, dan merupakan tokoh yang dimaui rakyat.
“Ganjar itu merupakan tokoh yang diinginkan rakyat. Perjalanannya, mengulang cerita Jokowi lalu, dia bukan pejabat, bukan orang kaya, bukan tipe bergaya bossy tapi bangga sebagai kelas rakyat. Kelas orang biasa. Dan, tak pernah mengaku orang luar biasa. Jadi, saya kira, terkait banned FIFA tak akan berdampak banyak kepada elektablitas Ganjar nantinya,” kata Michael Djarot kepada media online ini, Rabu (5/3/2023)
Ketua Ganjarist Kota Bogor ini melanjutkan, pernyataan Ganjar yang lalu kini terbukti.
“Antara pernyataan dan kenyataan itu terjadi. Seperti diketahui dari berita, pada Kamis 20 Maret 2023, pasukan Israel menembakkan gas air mata di dalam Stadion Internasional Faisal Al-Husseini di jalan Dahiat al-Barid di al-Ram, sebuah kota di Yerusalem Timur. Artinya, pesan Ganjar terkait Indonesia memiliki komitmen tentang perdamaian dunia, termasuk apa yang terjadi dengan Palestina, itu tidak salah,” tandasnya.
Komitmen Indonesia tentang perdamaian dunia, lanjut Djarot, sudah menjadi kontrak sosial bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Selain itu, masih menurut Djarot, terkait hubungan antara Indonesia dan Israel sudah diatur dalam Permenlu No.2 tahun 2019, termasuk tentang panduan hubungan luar negeri (dalam hal ini Israel) dengan pemerintah daerah yang menyatakan tak boleh ada bendera, juga tidak boleh ada lagu kebangsaan.
“Sebagaimana yang disampaikan Ganjar, kontrak sosial ini, sudah konsisten dilakukan sejak Bung Karno hingga Jokowi. Jadi jika dia tidak bersuara, maka dia telah melanggar kontrak sosial tersebut. Insiden yang terjadi di Palestina ini membuat Ganjar semakin yakin jika potensi konfliknya juga tinggi jika Israel main di Indonesia. Itu artinya potensi konflik juga tinggi di sini,” imbuhnya.
Michael Djarot juga menguatkan soal analisanya, satu tahun menjelang Pilpres 2024, elektabilitas Ganjar Pranowo terus naik melewati Prabowo dan Anies.
“Pada survei Litbang Kompas mencatat elektabilitas Ganjar meningkat sejak Januari 2022. Ganjar memiliki elektabilitas 20,5 persen awal tahun lalu. Pada Juni 2022, elektabilitasnya 22 persen dan naik menjadi 23,2 persen pada Oktober 2022. Sementara itu, Prabowo memiliki elektabilitas 18,1 persen pada Januari 2023. Rekam elektabilitas Prabowo adalah 26,5 persen pada Januari 2022, 25,3 persen pada Juni 2022, dan 17,6 persen pada Oktober 2022,” tuturnya.
Sementara, elektabilitas Anies, lanjutnya, pada Januari 2023 adalah 13,1 persen. Elektabilitas Anies naik turun sejak awal 2022, yaitu 14,2 persen pada Januari 2022, 12,6 persen pada Juni 2022, dan 16,5 persen pada Oktober 2022.
“Artinya, Ganjar, versi survei, konsisten memuncaki bursa bakal capres. Padahal ia belum mendapat tiket untuk berlaga di Pilpres 2024. PDIP, partai yang menaungi Ganjar-belum mengumumkan arah dukungan. Nah, itu yang membuat saya yakin, apa yang dimaui rakyat tak akan pernah anjlok. Karena, Ganjar sosok apa yang diinginkan rakyat,” tutupnya. (Eko Octa)