Survei Indikator, PDIP Masih jawara, Capres Prabowo dan Ganjar Saling Susul

408
Hasil survei Indikator

JAKARTA - Hasil survei Indikator Politik Indonesia mencatat partai politik (parpol) menjadi lembaga dengan tingkat kepercayaan publik paling rendah dibandingkan dengan lembaga-lembaga lain. Selanjutnya, diikuti oleh DPR, DPD dan MPR. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan tingkat kepercayaan untuk partai politik hanya 54 persen dalam survei terbarunya melalui zoom, Minggu (3/4/2022).   

"Ada kabar baik ada kabar kurang baik, kabar kurang baiknya adalah institusi demokrasi yang paling krusial seperti partai politik , DPR, DPD, MPR, itu tingkat trustnya relatif lebih rendah dibanding institusi demokrasi yang lain, jadi misalnya partai politik itu yang trust hanya kurang lebih sekitar 54%. Jadi cukup sedikit," kata Burhanuddin.

Dia membeberkan tingkat kepercayaan rendah tersebut harus menjadi perhatian serius para pengurus partai politik. Sebab, wajah demokrasi terdapat dalam partai politik.

"Ada masalah serius, ini yang menurut saya perlu jadi introspeksi untuk parpol, buat DPR buat DPD, karena bagaimanapun wajah demokrasi kita itu mereka," tutur Burhanuddin.

Kata Burhanuddin, elektabilitas tertinggi masih diperoleh  dengan perolehan sebesar 26,8%, kemudian disusul Gerindra dan Golkar di peringkat kedua dan ketiga.

“Simulasi daftar nama dan lambang 18 partai, PDI Perjuangan paling banyak didukung 26,8%, kemudian Gerindra 13%, Golkar 12,5%,” jelas Burhan dalam acara rilis survei Indikator secara virtual, Minggu (3/4).

Selanjutnya, partai oposisi seperti Demokrat masuk peringkat 4 dengan elektabilitas 9,3% dan PKS dengan 5% dukungan. Terdapat juga partai non parlemen seperti Perindo di peringkat 10 dengan perolehan 1,7%.

“Demokrat 9,3%, PKB 8%, PKS 5%, NasDem 3,7%, PPP 2,7%, PAN 1,8% dan Perindo 1,7%,” sebutnya.

Sementara, partai yang dipimpin Fahri Hamzah tersebut mendapatkan elektabilitas sebesar 0,2%.0

“Partai lain kurang dari 1% dan sekitar 14,9% belum bisa menunjukkan pilihan partai,” ungkap Burhan.

“Termasuk ada yang memilih PSI (0,3%), ada yang memilih Gelora (0,2%), Gelora kan partai baru ya. PSI partai lama minimal pernah ikut Pemilu 2019 tapi tidak lolos threshold,” lanjutnya.

Terkai capres, Ketua Umum Partai Gerindra menempati capres paling tinggi dibanding tokoh lainnya. Elektabilitas Prabowo sebagai capres mencapai 21,9 persen.

"Berdasarkan simulasi 33 nama ini, memang tidak ada calon yang dominan. Bahkan pak Prabowo yang unggul, unggulnya tidak signifikan dibanding Ganjar Pranowo," ujar Burhanudin dalam rilis temuan survei nasional yang tayang secara daring.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di urutan kedua capres dengan elektabilitas tertinggi. Elektabilitasnya mencapai 19,8 persen. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di urutan ketiga dengan elektabilitas 16,4 persen.

Di posisi keempat ada Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan tingkat elektabilitas 5,4 persen. Selanjutnya ada nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan tingkat elektabilitas 5,3 persen.

Dalam simulasi 19 nama, Prabowo, Ganjar, dan Anies masih menempati posisi tiga teratas. Prabowo di posisi pertama dengan tingkat elektabilitas 22,4 persen, disusul Ganjar (21,6 persen), dan Anies (17,1 persen).

Sementara itu, dalam simulasi 7 nama tertutup, nama Ganjar yang memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi dengan 27,6 persen. Posisi kedua ada Prabowo dengan 27,4 persen, dan Anies dengan tingkat elektabilitas 22 persen.

Survei yang melibatkan 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia ini berlangsung pada 11-21 Februari 2022. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara secara tatap muka.

Adapun toleransi kesalahan (margin of error) survei diperkirakan sekitar ±2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. (Nesto)

 

 

SHARE

KOMENTAR