Kilas Balik Sejarah Harkitnas

12

Aartreya - Pada tahun 1948, Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) untuk memperingati 40 tahun berdirinya Boedi Utomo. Penetapan resmi dilakukan melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959. Tahun 2025 menjadi peringatan ke-117 sejak lahirnya organisasi Boedi Utomo pada tahun 1908 yang menjadi tonggak awal gerakan nasional terorganisir di Indonesia.

Harkitnas diperingati karena pada tanggal 20 Mei 1908 terlahir sebuah organisasi yang bernama Boedi Oetomo. Organisasi ini merupakan sebuah organisasi perjuangan dalam melawan penjajahan Belanda serta menjadi pelopor kebangkitan nasional.

Melansir urbanjabar.com, tercetusnya peringatan bersejarah ini tidak terlepas dari peran serta sejumlah tokoh yang terdiri atas golongan pemuda bangsa. Hingga pada akhirnya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional  karena terbentuknya organisasi pemuda Boedi Oetomo. Pelopor Boedi Oetomo sendiri adalah dr. Wahidin Soedirohoesodo.

Dilatarbelakangi oleh keinginan Soekarno yang menilai bahwa pada saat itu bangsa Indonesia memerlukan pemersatu bangsa dalam rangka melawan penjajah. Atas keinginan Soekarno tersebut, diresmikanlah Harkitnas oleh tokoh-tokoh penting sebagai berikut.

dr. Wahidin Soedirohoesodo

Wahidin Soedirohoesodo merupakan pribumi pertama asal Yogyakarta yang diterima masuk ke sekolah dasar anak-anak Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS). Wahidin lebih dulu berprofesi sebagai dokter baik hati yang seringkali mengobati pasien tanpa dipungut biaya.

dr. Soetomo

Soebroto atau lebih dikenal Soetomo pun merupakah salah satu tokoh dalam pendiri Boedi Oetomo yang menempuh Pendidikan sebagai dokter. Bergabungnya Soetomo dengan organisasi tersebut dilatarbelakangi oleh rasa nasionalisme perjuangan yang tinggi. Ia juga berprofesi sebagai dokter bahkan ia melanjutkan pendidikannya hingga ke negeri Belanda.

Soetomo sebelumnya memimpin organisasi Boedi Oetomo wilayah Jawa, akan tetapi karena terkendala dana akhirnya ia dipindah tugaskan untuk memimpin area Jakarta.

Ki Hajar Dewantara

Tokoh selanjutnya yaitu Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama lain RM. Soewardi Soerjaningrat, yang merupakan aktivis penggerak kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri Taman Siswa di Yogyakarta. Sebelumnya Soewardi bekerja  sebagai penulis dan wartawan di sebuah surat kabar. Kemudia ia dipindah tugaskan ke bandung Bersama Douwes Dekker di De Express sebagai editor.

HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto adalah sosok pejuang tangguh dan berani, bahkan tidak takut melawan serangan penjajah. Tjokroaminoto selalu lantang menyampaikan pidato yang memacu semangat patriotisme bangsa Indonesia. Namanya sempat dianggap sebagai ancaman oleh pihak Belanda. Ia pun pelopor gerakan serikat buruh.

Ketika bergabung bersama organisasi Budi Oetomo, ia berperan mengisi posisi komisaris lalu menduduki jabatan ketua organisasi.

Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Tjipto Mangoenkoesoemo termasuk pendiri Budi Oetomo yang berprofesi sama seperti Soetomo dan Wahidin sebagai dokter. Sosok Tjipto ini dikenal sebagai orang jujur, memiliki pemikiran tajam, terampil, serta pemberontak garis keras terhadap penjajah.

Dr. Douwes Dekker

Danudirja Setiabudi atau Douwes Dekker adalah pejuang kemerdekaan keturunan asing yang lahir hingga wafat di Indonesia. Ia terkenal sebagai pionir dasar nasionalisme Indonesia sejak abad ke-20 dan termasuk kelompok 'Tiga Serangkai' bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara.

Douwes Dekker pernah sekolah di Eropa mengambil konsentrasi politik modern. Setelah kembali ke Indonesia ia banyak mengajar ilmu ke banyak golongan. Tidak hanya masuk jajaran tokoh Harkitnas, ia mendirikan Indische Partij (IP) dan mengajarkan tentang partai politik, jurnalistik antipemerintah, serta banyak lagi.*

 

Sumber : kompas.com/urbanjabar.com/eko okta

SHARE

KOMENTAR