Ini Alasan Relawan Dukung Paslon Nomor 4, Yang Rakyat Mau Pendidikan Gratis Bukan Melanjutkan Cerita Mahalnya Biaya Pendidikan Swasta

231
Beni Sitepu dan Horas Sitorus

Aartreya – Pembina Relawan Rena – Teddy Spartan, Beni Sitepu blak-blakan mengungkap alasannya mendukung paslon Peserta Pilkada Kota Bogor nomor 4. Alasannya, dia lebih memilih pengusung moto perubahan pro derita rakyat dibanding ‘melanjutkan pembangunan’ yang hingga kini nilai manfaatnya malah tak dirasakan oleh masyarakat kota hujan.  

“Kenapa harus Rena – Teddy? Karena, Rena – Teddy jelas mengusung program keringanan pendidikan untuk masyarakat. Diantaranya, dalam 100 hari kerja, akan memastikan 4000 sarjana, 400 magister dan 40 doktor. Artinya, warga pra sejahtera, memiliki harapan, anaknya bisa sukses menuntaskan hingga kuliah minimal S1,” kata Beni Sitepu kepada media online ini, pada Senin (11/10/2024).

Beni pun membandingkan dengan fakta yang ada di Kota Bogor. Menurutnya, setiap tahun saat Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) selalu ada cerita warga pra sejahtera terbebani harus menyekolahkan anaknya di sekolah swasta bagi yang tak lolos negeri. Tak hanya itu, sambungnya, hampir setiap tahun, selalu ada kisah baru ijazah siswa gakin yang ditahan sekolah swasta yang nilainya hingga jutaan rupiah.

“Bahkan selama 10 tahun kepemimpinan Wallikota Bima Arya, SMP negeri tak pernah bertambah. Baru ditambah SMP negeri di tahun ini, mungkin juga itu karena terdorong agenda pilkada. Kesimpulannya, selama ini, sekolah mahal, ijazah ditahan, sulit masuk negeri berujung sekolah swasta, buntutnya putus sekolah jadi pengulangan dari tahun ke tahun. Apa cerita seperti ini mau dilanjutkan di tahun depan dan seterusnya?,” ucap Beni.

Latarbelakang itu yang akhirnya mendorong Beni mempercayai paslon nomor 4 yang diyakininya akan melakukan perubahan cerita menjadi budaya baru pendidikan yang berpihak kepada warga Kota Bogor.

“Perubahan itu perlu, apalagi jika itu baik. Baik untuk rakyat Kota Bogor, baik untuk semua. Rena- Teddy juga membuat terobosan akan menggratiskan sekolah swasta. Seperti di Kota Semarang yang sudah diberlakukan mulai tahun 2023 lalu. Bahkan, di Jakarta, sekolah gratis, TK, SD, SMP swasta baru akan diberlakukan tahun depan. Nah, di Kota Bogor, cuma Rena-Teddy yang berani memastikan komitmen ini,” tandasnya.

Di tempat berbeda, penggagas Pos Ma Roham, Horas Sitorus mengungkapkan alasan serupa. Pendapatnya, kultur pendidikan di Kota Bogor masih belum berpihak pada warga tak mampu.

“Untuk merubah nasib di suatu keluarga, lazimnya ditentukan dari pendidikan anak. Ironisnya, sekolah gratis hanya ada di sekolah negeri itu pun jumlahnya terbatas. Celakanya, saat masuk sekolah swasta, terjerat beban biaya besar. Lulus sekolah SMA atau SMK, melanjutkan ke perguruan tinggi harus menyiapkan biaya besar. Jadi, seolah untuk menjadikan sarjana, masih didominasi kaum punya duit,” tandas Horas.

Dia mengapresiasi Cawalkot Cawawalkot Rena-Teddy yang siap ditagih janji akan menunaikan program 4000 sarjana.

“Yang dibutuhkan masyarakat, khususnya warga tak mampu itu peningkatan kesejahteraan. Bukan cari dukungan untuk perjalanan politik semata. Jadi, kewajiban cakada dan wakilnya harus memastikan kesejahteraan rakyat dimuliakan, seperti beasiswa 4000 sarjana yang ditawarkan di program Rena-Teddy. Itu yang membuat saya dan rekan-rekan ikut bergabung dalam barisan. Karena, kami cinta Kota Bogor dan cinta masyarakatnya harus lebih sejahtera ke depannya,” tuntas Horas. (Eko Okta)   

 

SHARE

KOMENTAR