Perang antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut menjadi alarm tersendiri bagi beberapa negara di dunia. Belakangan, suhu potensi melebarnya perang terasa makin panas dan berpotensi berkembang menjadi perang dunia ketiga. Hal ini disampaikan Akademisi Bogor, Dr Agus Surachman, SH, SP1.
Dikatakannya, Perang Dunia III yang melibatkan nuklir merupakan hal yang cukup mengerikan. Pasalnya, penggunaan senjata ini akan membuat banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
"PD III berpotensi terjadi. Sebab, perang Rusia-Ukraina terus bekelanjutan dan makin memanas. Hal ini cukup signifikan dan mengakibatkan sejumlah besar korban berjatuhan," ungkap Agus Surachman memprediksi saat bincang santai dengan media online ini, Sabtu (28/5/2022).
Ia melanjutkan, tak hanya di Eropa, jika terus berlama-lama konflik Rusia-Ukraina diperkirakan wilayah Asia juga mengalami eskalasi ketegangan seperti di Taiwan dan Laut China Selatan. China diketahui masih berkukuh untuk memperebutkan wilayah klaimnya di dua area yang disengketakan ini. Di sisi lain, wilayah Asia Selatan juga baru-baru ini memanas. India dilaporkan tak sengaja melempar rudal ke Pakistan.
“Ada banyak negara yang berpotensi terdampak jika perang dunia ketiga benar-benar pecah. Misalnya, India, Mesir, Perancis, Korea Selatan, Iran. Kemudian, Inggris, Pakistan, Israel, Afghanistan, China, Rusia, Suriah, Korea Utara dan Amerika Serikat,” tukasnya.
Agus juga mengingatkan sejarah, PD I dan PD II bermula dari Eropa. Perang Dunia Pertama atau PD I, sebutnya, merupakan perang global yang terpusat di Eropa. PD I dimulai pada 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang Besar sejak terjadi sampai dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939.
“Perang Dunia Pertama melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang terdiri dari Britania Raya, Prancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia. Namun, saat Austria-Hongaria melakukan serangan, Italia tidak ikut berperang,” tukasnya.
Selanjutnya, PD II adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang Dunia Kedua melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros.
Invasi tersebut direspons dengan serangkaian pernyataan perang terhadap Jerman oleh Prancis dan Britania (Inggris Raya). Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa.
“Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk Polandia. Pada tahun 1943, melalui serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front,” tuturnya.
Lalu, masih menurut Agus, tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Prancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal 8 Mei 1945.
“Pada than 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang,” ucapnya.
sebelum 2014, Ukraina sangat dekat dengan Rusia dan menjadi buffer zone antara Rusia dan Eropa. Namun setelah revolusi 2014, pemerintah Ukraina berpindah haluan, dari sebelumnya dekat dengan Rusia beralih mendekati NATO. Hal ini menyebabkan Belarusia menjadi satu-satunya buffer zone antara Rusia dan negara-negara Eropa.
Terkait konflik Rusia-Ukraina, sambungnya, invasi yang dilakukan oleh Putin merupakan salah satu cara untuk mengembalikan Ukraina sebagai salah satu sekutu Rusia dengan mengganti rezim pemerintah Ukraina melalui dukungan kelompok sepratis di Donetsk, Luhan, dan Krimea.
“Terkait indikasi konflik yang mengarah ke perang dunia ketiga, kemungkinan itu sebnutnya bisa terjadi, Salah satu indikatornya adalah bantuan militer yang diberikan oleh negara-negara anggota NATO,” tuturnya.
Agus juga mengutip yang disampaikan Miliarder George Soros yang mengatakan bahwa invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina telah membahayakan peradaban. Soros, kata Agus, menyebutkan perang telah mengubah dunia tanpa dapat ditarik kembali bahkan ketika pertempuran berhenti situasi tidak akan pernah kembali ke status quo.
"Invasi Rusia mungkin menjadi awal dari Perang Dunia III, dan itu tentunya juga akan berdampak ke Indonesia. Baik dampak politik atau ekonomi. Tapi, kita berharap, PD III tak terjadi dan bisa dicegah,” tuntasnya. (Nesto)