Aktivis dan Keluarga Korban 98 Tabung Bunga di TPU Pondok Rangon

21
Aktivis 98 dan keluarga korban menggelar tabung bunga di pusara korban TPU Pondok Rangon, Jakarta

Aartreya – Ratusan aktivis dan keluarga korban Tragedi 98 menggelar aksi tabur bunga di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Rabu, (21/5/2025). Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh para mantan aktivis mahasiswa '98 dengan pakaian serba hitam sebagai tanda belasungkawa.

Pada kesempatan itu hadir para aktivis 1998 dari berbagai kampus dan berbagai tokoh reformasi 98 lainnya. Prosesi diawali dengan berkumpulnya peserta sejak pukul 08.00 WIB di sekitar makam korban. Sebanyak 113 nisan tanpa nama bertuliskan Korban Tragedi 98 menjadi fokus utama acara tahunan ini.

Mantan aktivis 98 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Wanto Sugito dalam sambutannya mengatakan bahwa reformasi bukan sekedar seremoni. Tapi, momentum kontemplasi untuk terus memperjuangkan nilai yang diamanatkan perjuangan Reformasi tersebut.

“Nilai untuk terus melawan ketidakadilan, nilai untuk terus melawan rezim intimidatif dan anti demokrasi, nilai untuk terus melawan sistem militeristik, nilai untuk mewujudkan pemerintahan pro rakyat, “ kata dia dalam keterangannya

Ia juga mengenang perjuangan gerakan mahasiswa saat turun ke jalan era 1998 dengan megusung isu sentral tumbangkan Soeharto sebagai ikon totaliter dan dictator. Karena itu, pihaknya sangat menentang wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.

“Kami menyatakan penolakan tegas terhadap upaya pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, mantan presiden yang memimpin selama 32 tahun melalui rezim Orde Baru yang otoriter, militeristik, dan penuh pelanggaran hak asasi manusia,” ujar Wanto.

Sementara, Jimmy Fajar atau yang akrab dipanggil Jembong menyampaikan, Reformasi itu sendiri merupakan bahasa yang dikumandangkan pemerintah untuk melemahkan perjuangan gerakan 98 yang menuntut Revolusi.

“Bagaimana revolusi semua kebijakan, revolusi semua aturan-aturan informasi, dan itu terbukti teman-teman sampai saat ini revolusi berubah menjadi reformasi,” ungkap aktivis ISTN 98.

Aktivis Pena 98 lulusan Universitas Kristen Indonesia, Mustar Bona Ventura menambahkan, tabur bunga tersebut sebagai pengingat bahwa sejarah demikian tidak boleh berulang kembali.

“Tdak boleh lagi ada peristiwa seperti kerusuhan, orang yang kemudian diperkosa, kemudian di dalam mall ratusan orang meninggal, ribuan orang meninggal saat itu. Kalau kita lihat dari seluruh dokumentasi dan sebagainya, bagi kita ini bukan perjuangan yang mudah,” tuntasnya.

Saat itu, beberapa keluarga korban membawa foto-foto anggota keluarga mereka yang menjadi korban peristiwa Mei 1998.  Di lokasi juga terlihat Tugu Peringatan Tragedi Mei 98 yang dibangun Pemprov DKI Jakarta pada 2015, dengan prasasti bertuliskan harapan agar peristiwa serupa tidak terulang.  Acara berlangsung khidmat hingga pukul 11.30 WIB. (Eko Okta)

SHARE

KOMENTAR