Pertempuran Bojong Kokosan, Perang Heroik Pejuang Lawan Sekutu

2778
Pertempuran Bojong Kokosan (Foto : Jokam Wordpress/Ist)

Bojong Kokosan merupakan nama suatu desa di Kecamatan Parung Kuda, Kabupaten Sukabumi. Desa tersebut merupakan tempat terjadinya peristiwa Perang Konvoi atau lebih dikenal dengan Pertempuran Bojong Kokosan melawan tentara Inggris dan NICA pada tahun 1945 sampai 1946. Pertempuran Bojong Kokosan ini, konon menjadi cikal bakal dari peristiwa Bandung Lautan Api.

Terjadinya pertempuran Bojong Kokosan dimulai ketika pasukan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA sebanyak satu batalyon berusaha masuk ke Sukabumi. Perang dimulai datangnya tentara sekutu ke Sukabumi yang ingin mengambil tawanan Jepang di daerah Sukabumi. Dan, memberikan bantuan ke Bandung yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antara pihak pemuda dengan tentara sekutu dan menjaga kelancaran hubungan jalan darat antara Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Peristiwa di Bojong Kokosan merupakan salah satu faktor penyebab dari peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Hal ini disebabkan karena ditinjau dari strategi nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung merupakan urat nadi kekuatan sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut. Pertempuran Bojong Kokosan atau perang konvoi ini terjadi dalam dua periode. Pertama terjadi pada tanggal 9 sampai 12 Desember 1945, kedua terjadi dari tanggal 10 sampai 14 Maret 1946.

Penuturan Kepala Museum Palagan Bojong Kokosan, Jajang Haris Rismawan (55) belum lama ini menyampaikan, konvoy pasukan sekutu ketika itu panjangnya sekitar 12 km dan disergap disebuah daerah yang bernama "Bojong Kokosan" dengan perlawanan menggunakan senjata seadanya.

"Mereka bertempur dari jam dua sore sampai jam empat," kata Jajang.  

Dia menceritakan, pada 9 Desember 1945 pasukan sekutu yang bertujuan menguasai Jawa Barat,  bergerak dari Jakarta menuju Bandung melalui jalur sukabumi. Sebelumnya atas perintah komandemen Jawa Barat, Mayjend Didi Kartasasmita,  Resimen III TKR sukabumi yang dipimpin Letkol. Edi Sukardi,  membuat garis pertahanan dengan menempatkan Batalion I dibawah pimpinan Mayor Yahya Bahram Rangkuti di sekitar wilayah Ciawi - Cigombong - Cibadak. 

Sementara, para pejuang RI dibantu dengan pasukan laskar masyrakat seperti,  Hisbullah,  Sabilillah, Barisan Banteng, Barusan Pemuda Proletar, Laskar, KRIS,  Pesindo dan para santri dari berbagai pesantren masyarakat. 

Sebanyak 150 truk dan diantaranya ada kendaraan lapis baja tank Sherman datang. Namun, punggawa perang dunia kedua, terpaksa tertahan menghafapi tekad para pejuang. Penghadangan pun dilakukan. Dimulai dari daerah Cigombong, Bogor sampai dengan Ciranjang, Cianjur.

Konvoi yang dilakukan pasukan sekutu berhasil masuk ke garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojong Kokosan, pasukan TKR memborbadir tembakan. Pasukan tentara sekutu yang bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan dengan tank baja, mortir, dan senapan mesin.

Namun, tentara TKR berhasil meloloskan diri dari serangan sekutu setelah terjadinya hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan Bojong Kokosan. Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojong kokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung.

Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpar, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur. Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung dibuat gentar oleh terjadinya penyerangan di Bojong Kokosan sehingga mengajak pemimpin TKR dan pemerintah setempat untuk berunding. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel Edi Sukardi, akhirnya usulan gencatan senjata disetujui.

Namun, gencatan senjata yang dirundingkan oleh komandan tentara sekutu ternyata hanya berlangsung sehari, karena pada tanggal 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton.

Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tentaranya tewas di tangan pasukan TKR. Pada persitiwa pengeboman itu, 73 pejuang meninggal dunia. Sebagian nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bojong Kokosan tercatat di tugu Palagan Bojong Kokosan. Tidak hanya gugur, Peristiwa Bojong Kokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil usai sekutu mengebom beberapa desa.

“Walaupun pada akhirnya kalah, namun pejuang kita berhasil menimbulakn banyak korban di pihak sekutu. Konon hal ini yang membuat murka Ratu Belanda yang pada akhirnya mendorong adanya serangan udara ke Cibadak pada esok harinya pada tanggal 10 Desember 1945,” imbuhnya.

Menurut Jajang, pertempuran di Bojong kokosan berhasil menjatuhkan mental pasukan sekutu dan menambah keyakinan bagi pejuang kita untuk mempertahankan kemerdekaan. 

Dia berharap kisah perjuangan dan pengorbanan para pendahulu dapat tersebar dan diketahui oleh generasi penerus. Agar jiwa patriotisme para pejuang ini tidak hilang tergerus zaman.

Kini sebuah museum megah berdiri di Kampung Palagan, Desa Bojong Kokosan,  Kecamatan Parung Kuda. Sebagai peringatan dan penghargaan terhadap pahlawan yang berjuang kiwa dan raga dalam membela tanah air. (Michell)

SHARE

KOMENTAR