Megawati Dorong KAA Jilid II Guna Merespon Ketidak Adilan

85
Ahmad Basarah saat berikan sambutan

Aartreya - DPP PDI Perjuangan menggelar peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan diskusi publik bertajuk “Warisan Bung Karno untuk Asia-Afrika dan Keadilan Sosial Global" yang digelar Badan Sejarah Indonesia PDIP, di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu (26/4/2025).

Ketua DPP Bidang Luar Negeri PDI Perjuangan Ahmad Basarah sampaikan, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengagas pentingnya penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) Jilid II guna membahas bangsa-bangsa yang belum merdeka, terutama Palestina, dan kondisi global saat ini.

"Presiden Megawati menyampaikan gagasannya kepada saya agar para pemimpin bangsa-bangsa Asia Afrika saat ini dapat menyelenggarakan pertemuan untuk mengevaluasi 70 tahun perjalanan KAA," kata Basarah saat memberikan kata sambutan.

Situasi geopolitik internasional saat ini, sambungnya, ditandai oleh meningkatnya ketegangan antarbangsa, baik bilateral, regional, maupun internasional. Megawati berharap KAA Jilid II mampu menghasilkan keputusan monumental dalam merekontekstualisasikan Dasasila Bandung. Dia juga menyebut, Dasasila Bandung merupakan 10 prinsip hasil KAA Tahun 1955 yang diadakan di Bandung, Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut menjadi pegangan bersama tentang perdamaian, kedaulatan, dan kerja sama antarbangsa.

Palestina, kata dia, masih hidup dalam penjajahan, yang menjadi bukti bahwa perjuangan melawan kolonialisme belum selesai.

Oleh karenanya diharapkan Megawati, nantinya KAA Jilid II bukan sekadar nostalgia, tetapi menjadi forum nyata untuk membangkitkan solidaritas Global Selatan-Selatan serta merespons isu ketidakadilan global, eksploitasi sumber daya, ketergantungan ekonomi, dan perjuangan bangsa Palestina.

"KAA Jilid II diharapkan menjadi wadah penggalangan kekuatan moral dan politik demi keadilan global," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Sejarah Indonesia PDIP Bonnie Triyana mengatakan acara tersebut bukan sekadar mengenang sejarah. Menurut Bonnie, KAA 1955 adalah puncak dari perjuangan panjang bangsa-bangsa Asia-Afrika sejak era 1920-an.

"Ini bukan hanya untuk melakukan romantisasi terhadap sebuah peristiwa sejarah, tetapi terlebih dari itu kita ingin memetik nilai yang sangat penting dari spirit pembebasan bangsa-bangsa di Asia Afrika," kata Bonnie.

Bonnie menuturkan bahwa negara perlu memetik nilai spirit pembebasan yang digagas tokoh seperti Soekarno, Ali Sastroamidjojo, Nehru, dan lainnya.

 

Dia menambahkan, KAA ini juga mengandung cerita dari usaha untuk memerdekakan diri dari bangsa-bangsa seterjajah dimulai dari tahun 20-an, kemudian ada Liga Anti-Imperialisme dan sejarah intelektual dari perjuangan bangsa-bangsa Afrika itu sendiri. Dan diskusi yang menghadirkan sejarawan ini akan mengupas soal gerakan intelektual tersebut.

"Kita tahu kita sedang perang dagang dan kita ingin mencari relevansi dari peristiwa ini apa di hari ini. Mungkin demikian laporan dari saya, acara ini juga diikuti secara online. Jadi, pesertanya lumayan yang mendaftar, banyak antusiasnya, mungkin juga yang dari luar daerah juga mengikuti tidak hanya dari partai tapi juga dari masyarakat umum," ucap Bonnie.(*)

(Soni) 

SHARE

KOMENTAR