Aksi Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman mencopot baliho dan spanduk bergambar pemimpin FPI Rizieq Shihab, jadi perbincangan publik. Simpatik dan dukungan pun ditujukan kepadanya. Namanya bahkan menduduki trending topic di Twitter.
Beredarnya video viral memperlihatkan proses penurunan baliho Habib Rizieq Syihab (HRS) oleh orang berbaju loreng serta Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengatakan peristiwa itu merupakan perintahnya, menuai pro kontra publik. Lebih dari itu, Dudung pun menyebut, apabila FPI tidak taat terhadap hukum, bisa dibubarkan,
Lalu, siapakah Dudung Abadurachman? Pria yang kini menjabat sebagai Pangdam Jaya lahir di Bandung, 19 November 1965. Dilansir dari Liputan6.com, ia adalah sosok pekerja keras dan sayang keluarga. Terlahir dari keluarga yang serba kekuarangan membuat Dudung Abdurachman harus pontang-panting membantu mencari nafkah. Apalagi semenjak ayahnya meninggal dunia akibat penyakit liver pada 1981 silam. Dudung mau tak mau harus menjadi tulang punggung keluarga untuk bisa menyambung hidup.
"Pas saya kelas dua SMP bapak meninggal karena penyakit liver. Bapak saya kerja hanya sebagai PNS di Pangdam III Siliwangi, yang harus menghidupi delapan orang anak," kata Dudung Abdurachman dalam wawancaranya bersama KompasTV, seperti dikutip Liputan6.com, Sabtu (21/11/2020).
Dudung Abdurachman, bekeliling asrama-asrama menjajakan kue, kerupuk, nasi, dan terasi buatan ibundanya. Akitivitas itu terus dilakoni sampai lulus Sekolah Menegah Atas (SMA).
"Di asrama itu banyak perumahan, jadi saya keliling ke rumah-rumah jualan sampai saya lulus," ucap Dudung.
Sewaktu SMA, Dudung Abdurachman bahkan memilih sekolah pada siang hari agar tetap bisa meringankan beban sang ibu mencari nafkah.
Selain berjualan kue, Dudung Abdurachman juga menjadi loper koran. Setiap pukul 4 pagi, Dudung remaja beranjak dari rumahnya ke kawasan Cikabundung untuk mengambil koran-koran milik Pak Mulyono. Sebelum diantar ke pelanggan, Dudung menyampatkan diri untuk membaca koran yang terbit pada hari itu. Pengalaman pahit penah dialami Dudung ketika mengantarkan koran. Dia ditabok salah satu Perwira TNI karena mengantarkan koran yang sudah lusuh.
"Saya mengantar koran menggunakan sepeda ontel yang sudah tidak ada pedalnya, remnya pun pakai sendal capit yang bekas. Pernah suatu hari saya mengantarkan koran, terus jatuh kemudian agak kotor, pas saya kasihkan malah ditabok," kata Dudung mengenang.
Tak cuma itu, Dudung juga pernah ditegur anggota yang berjaga di pos pengamanan di Pandam III Siliwangi. Dudung yang sudah biasa antar tiap hari ke kantin tersebut, tak tahu, jika yang menjaga pos anggota tamtama baru.
"Dia belum kenal, padahal saya tiap hari datang. 'Eh sini kamu, kamu enggak pamit pamit'," kata Dudung menirukan suara anggota itu.
Dagangan Dudung ditendang, 55 butir kue klepon jatuh. Dudung pun kembali ke rumah untuk mengganti kue yang sudah kotor.
"Akhirnya tamtama itu ditegur sama kepala piket 'oh itu sudah biasa adik itu datang ke sini'," ujar Dudung.
Di situlah, Dudung akhirnya bercita-cita ingin menjadi perwira TNI. Dudung ingin mengubah pola pikir tantama agar tidak berbuat semena-mena kepada masyarakat.
"Saya bangkit, awas saya bilang, saya nanti jadi perwira. Di situlah cita-cita saya mau jadi Taruna di situ. Artinya tidak boleh semena-mena lah kepada masyarakat," ujar dia.
Singkat cerita Dudung diterima mejadi siswa di Akademi Militer. Dudung betul-betul menikmati pendidikan militernya. Dia sangat semangat mengikuti pendidikan. Dudung lulusan Akmil pada 1988 dari kecabangan Infantri dengan menyandang pangkat Letnan Dua. Kini, dia menduduki jabatan sebagai Pangdam Jaya dengan bintang dua di pundaknya.
Selama hidupnya, Dudung selalu mengingat pesan sang ibunda. Kata ibunya, berbuat baiklah kepada setiap orang.
"Karena memang Tuhan mengajarkan Hablum Minannas dan Hablum Minallah, jadi Hablum Minannas dulu berbuat baik kepada semua orang, kalau soal rezeki nanti Tuhan yang anukan," kata Mayjen Dudung Abdurachman menandasi.
Sebelum menjadi Pangdam Jaya, Dudung Abdurachman tercatat pernah menjabat sebagai Dandim 0406/Musi Rawas, Dandim 0418/Palembang, Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010—2011), Danrindam II/Sriwijaya (2011), Dandenma Mabes TNI, Wagub Akmil (2015—2016), Staf Khusus Kasad (2016—2017), Waaster Kasad (2017—2018), dan Gubernur Akmil (2018—2020). (sumber : Liputan6.com/nesto)