Napak Tilas Jalan Juang Bung Karno Melalui Dunia Jurnalistik (Bagian I)

367

Sebelum membacakan naskah proklamasi dan menjadi Presiden Republik Indonesia, Presiden RI Pertama yang juga Sang Proklamator Soekarno lama menggeluti dunia jurnalistik. Bahkan, ia pun pernah jadi pemimpin redaksi. Dalam tulisan-tulisannya di suratkabar, selain menggunakan nama asli--sejauh yang berhasil diketahui--Soekarno menggunakan nama pena; Bima dan Soemini.

“Beberapa kali Bung Karno berurusan dengan pemerintahan kolonial Belanda, semua bersangkutan dengan status kewartawanannya,” demikian ditulis Roso Daras dalam Menusuk Penjajah Dengan Pena.

Perjalanan Bung Karno memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak hanya melalui mengangkat senjata atau pun bambu runcing. Namun Sang Proklamator, Soekarno juga melawan dengan ketrampilannya menyusun kalimat, penggunaan kata yang pada akhirnya mampu menyatukan bangsa yang besar. Begitulah. Soekarno berjuang melalui kata, tutur dan tulisan-tulisannya yang mengetarkan dunia.

Dari Sang Proklamator dapat dipelajari mengenai pentingnya penguasaan seni berbicara atau berkomunikasi. Cokroaminoto, guru politik Soekarno pernah berkata, “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”. Dari Cokroaminotolah Soekarno belajar bahwa berbicara menjadi kunci keberhasilan pemimpin. 

Media Jurnalistik

Jurnalistik melahirkan media sebagai sarana publikasi atau penyebarluasan berita dan informasi. Media dalam konteks jurnalistik merupakan singkatan dari media massa (mass media). Jurnalistik berasal dari bahasa Prancis, du jour, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Inggris, jurnalistik berasal dari kata journal yang artinya laporan.

Media massa sendiri singkatan dari media komunikasi massa (mass media communication), yakni saana komunikasi atau penampaian pesan kepada orang banyak.

Media Jurnalistik saat ini terdiri dari tiga macam:

Media Cetak -- Suratkabar/koran, majalah, tabloid.

Media Elektronik -- Radio, televisi, film.

Media Online -- Situs web berita, Media Siber.

Dihimpun dari berbagai sumber, mesin cetak pertama kali dibuat oleh Johann Gutenbuerg tahun 1450 di Kota Minz Jerman. Melalui mesin cetak ciptaan Gutenbuerg ini, terbitlah koran pertama di Eropa tahun 1609 di kota Wolfenbuttel yang diberi nama Avisa Relation Order Zeitung. Di Amerika Serikat, surat kabar pertama bernama The Boston News Letter tahun 1704.

Ensiklopedia Indonesia menyebutkan, surat kabar tertua di dunia adalah Tjin Tie Kwan Po dan Hino Tsjao yang diterbitkan di Cina tahun 400 sesudah Masehi. Dari mesin cetak ciptaan Gutenbuerg kemudian muncul istilah "Pers" (Press) yang merujuk pada media massa dan wartawan.

Dalam KBBI, pers diartikan sebagai berikut:

  1. Usaha percetakan dan penerbitan
  2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
  3. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio
  4. Orang yang bergerak dalam penyiaran berita
  5. Medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film

Produk Jurnalistik

Jurnalistik adalah aktivitas atau proses mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, menulis, menyunting, dan menyajikan atau mempublikasikan berita dan informasi (news and information) tentang peristiwa. Dengan demikian, produk jurnalistik atau hasil kerja para jurnalis (wartawan) adalah berita dan informasi.

Dalam ilmu jurnalistik, dikenal tiga jenis produk utama jurnalistik, yaitu:

  1. Berita (News). Baca: Jenis-Jenis Berita
  2. Feature (Features). Baca: Pengertian & Jenis-Jenis Feature
  3. Opini (Views). Baca: Pengertian Artikel Opini

Jenis-Jenis Karya Jurnalistik

Berikut ini penjelasan tentang jenis-jenis tulisan jurnalistik yang disadur dari “Various Types of Assignments” di laman University of Richmond Writing Center.

I. News (Berita)

Ketika Anda memindai sebuah situs berita atau membaca suratkabar, Anda akan lihat kebanyakan informasi, kabar, atau cerita (stories) di halaman depan adalah kabar berita (news stories). Berita fokus pada peristiwa-peristiwa penting bagi pembaca.

Berita-berita itu meliputi berita lokal, nasional, dan internasional, juga berita dengan topik tertentu (niche topics), seperti berita bisnis, olahraga, teknologi, fashion, dll.

Untuk menulis berita, hal yang wajib diperhatikan yakni :

1. Imparsial.

Tidak berpihak pada salah satu pihak. Harus menulis berita dengan berimbang dan mewawancarai para pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.

2. Akurat.

Karena berita didasarkan pada fakta, reporter harus memastikan fakta yang diperoleh itu benar. Itu artinya Anda harus mengecek ulang dengan cermat –statistik, nama, tanggal, dan bagian lain informasi.

3. Punya Penilaian tentang Berita yang Baik.

Anda harus mampu mengidentifikasi mana berita dan mana yang bukan berita. Anda juga harus mampu memutuskan apa yang harus diketahui pembaca dan apa saja yang tidak perlu diberitakan.

Tambahan: ini terkait “nilai berita” (news values), yakni faktual, aktual, penting, dan menarik.

4. Jangan memasukkan opini.

Jangan pernah menulis berita seperti editorial (opini redaksi/wartawan). Berita itu semuanya fakta, tidak ada opini.

Kode etik jurnalistik menyatakan, wartawan tidak mencampurkan fakta dan opini. Untuk beropini, wartawan bisa menulis karya jurnalistik lain –artikel opini atau editorial. (Bersambung) 

(Eko Octa/Disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik, Dewan Pengurus Komisariat GMNI Univesitas Djuanda, pada 18-19 Februari 2023, dimulai pukul 08-00 WIB, hingga selesai, di ruang Serba Guna, DPRD Kota Bogor)  

SHARE

KOMENTAR