Aartreya – Fenomena gaya politik menekan lawan mengingatkan siapapun pada era Orde Baru, dan terduga itu sepertinya mulai terlihat. Baru-baru ini, dilansir dari CNNIndonesia.com, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengakui banyaknya tekanan dari pihak lain. Diantaranya, mulai dari kader partainya Adian Napitupulu hingga Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Namun, Sekjen DPP PDI Perjuangan ini tak secara gamblang menjelaskan siapa pihak lain yang ia maksud. Dia juga tak mengungkap detil jenis tekanan seperti apa yang didapatkan oleh ketiganya.
"Ya tekanan ada, ya apalagi ini juga berkaitan kalau kita lihat ya Mahkamah Konstitusi aja bisa diintervensi padahal lembaga yudikatif. Apalagi yang lain bahkan kita lihat kan sebelumnya Yunarto Wijaya, kemudian ada Saudara Ulin, kemudian Adian, saya, jadi berbagai signal-signal itu sudah ada," kata dia di Jakarta, Sabtu (18/11/2023).
Meski mulai terasa rangkaian tekanan politik tersebut, ucap Hasto, hal itu tak mengendurkan semangat partai untuk berlaga di 2024.
"Buktinya rakyat memberikan dukungan. Ketika ada tekanan pencopotan baliho Pak Ganjar, Prof Mahfud, rakyat menyediakan rumahnya," tuturnya.
Hasto juga mengungkapkan jenis-jenis tekanan yang ia temukan, di antaranya dengan pemanfaatan instrumen hukum dan kekuasaan.
Sebelumnya, Yunarto Wijaya pamit untuk tidak menggunakan media sosialnya alias nonaktif sementara. Ia terbilang cukup aktif berkomentar di media sosial, termasuk terkait perpolitikan Indonesia jelang Pilpres2024.
"Saya izin pamit tidak bermain socmed (social media) dulu sementara waktu. Semoga pemilu betul-betul bisa berjalan sesuai dengan cita-cita demokrasi yang kita gaungkan bersama saat reformasi. Maaf kalau kemarin-kemarin ada twit saya yang membuat sebagian tidak berkenan," ujar Yunarto dalam unggahanmedia sosialnya, Senin (13/11).
Selain itu, petugas Satpol PP Bali melakukan pencabutan sejumlah bendera PDIP dan baliho Ganjar-Mahfud jelang Kunjungan Kerja (Kunker) Presiden Jokowi di Balai Desa Batu Bulan, Kabupaten Gianyar Bali pada 31 Oktober lalu.
Petugas Satpol PP awalnya mencopot sejumlah bendera Partai PDIP dan baliho Ganjar-Pranowo yang memang banyak diletakkan sekitar Balai Desa Batu Bulan, yang menjadi tempat kunjungan Jokowi.
Di samping itu kelompok yang menamai diri Aliansi Relawan Ganjar Yogyakarta juga memprotes pencopotan poster dan spanduk bergambar Ganjar di wilayah Kota Yogyakarta oleh jajaran Satpol PP.
"Kita sebagai pendukung Pak Ganjar Pranowo tidak terima ketika Pak Ganjar datang ke sini, gambarnyadicopoti," kata anggota DPRD Kota Yogyakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Antonius Fokki Ardiyanto yang menjadi orator aksi.
(Sumber : cnnindonesia.com/Eko Okta Ariyanto)