Ibadah Ramadhan merupakan program yang langsung dirancang oleh Allah SWT. Ramadhan dilaksanakan atas dasar iman dan penuh kesadaran ikhlas semata karena Allah SWT dan sesuai petunjuk Rasulullah SAW akan memberikan sentuhan dan energi transformatif yang segnifikan terhadap setiap Mukmin.
Bagi umat Muslim, Ramadhan tak hanya sebatas menunaikan ibadah puasa. Lebih dari itu, momentum Ramadhan justru mendorong agar dilaksanakannya amalan-amalan utama guna menyempurnakan ibadah puasa. Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah.
Ramadhan juga bermakna untuk meraih sebuah keberhasilan. Jika dalam pendidikan, ada proses yang harus dilalui yakni ketekunan belajar untuk menuju kelulusan. Pada Ramadhan, maka manusia harus siap ditempa dengan segala kesulitan dan tantangan di masa Ramadhan ini.
Dan, jika dapat melaluinya dengan baik dan benar, ia akan lulus mendapatkan predikat takwa dan kembali menjadi seperti manusia yang baru dilahirkan (idul fitri). Ramadhan jika diibaratkan sebagai madrasah (sekolah), akan menjadikan para siswanya hidup dengan kebajikan.
Berpuasa membuat hidup pelakunya tertata. Orang yang berpuasa akan berbuka dan mengakhiri puasa pada waktu yang sama (imsyak). Orang berpuasa, akan melalui proses wajib menjaga lisan. Berbicara pun tertata untuk mengindahkan dan memaknai Ramadhan, seperti tak mengeluarkan perkataan kasar, berbohong, bergunjing, sampai tidak boleh memasukkan makanan dan minuman.
Pada hakikatnya Ramadhan merupakan ‘sekolah’ bagi setiap Muslim. Pada bulan ini, perlu dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas ibadah, wajib maupun sunah, selama bulan suci Ramadhan. Diantaranya, peneguhan niat. Sebagaimana diuraikan oleh Ibnu Asakir, dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali. Ia berkata bahwa jika hendak menyongsong bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW berdoa, “Ya Allah, pertemukan bulan ini dengan kami dalam keadaan aman, iman, keselamatan, Islam, sehat yang prima, kebal dari penyakit, dan pertolongan untuk shalat, puasa, dan membaca Alquran” (Tarikh Dimasyq).
Selain itu, perbanyak meluangkan waktu mendalami ilmu agama. Karena, semangat beribadah harus seiring dengan kesadaran berilmu, sesuai tuntunan Islam.
Ramadhan, boleh dibilang sebagai ‘Madrasah’ menguatkan iman dan kebajikan. Karena, di bulan ini mengajarkan pentingnya kejujuran dalam keimanan. Kejujuran menjadi hal yang mutlak bahwa kita berpuasa memang mengharapkan ridha Allah, bukan ridha manusia. Keimanan itu ditunjukan dengan tidak berani untuk berbuka, tidak berani untuk membatalkan puasa karena memang harus jujur karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang diharapkan usai Ramadhan pergi nanti, kita sudah ditempat tidak berani untuk memaksiati Allah ‘Azza wa Jalla. Walaupun tidak ada manusia yang melihat, tapi keyakinan Allah yang melihat kita, akan mencegah tak berlaku buruk.
Ramadhan mendidik kita agar kita menjadi orang yang terbiasa di atas kebaikan. Membiasakan dengan berbagai macam amalan-amalan shalih; membaca Al-Qur’an, bersedekah, berpuasa, shalat malam dan yang lainnya. Sehingga akhirnya kebiasaan-kebiasaan ini yang diharapkan setelah Ramadhan adalah sesuatu yang bisa senantiasa kita lakukan.
Tak hanya itu, di bulan puasa ini, Ramadhan mendidik serta menguatkan mental kita untuk mempunyai jiwa dermawan. Memperhatikan orang-orang fakir miskin akan menjadi keharusan, agar kita mau berbagi dengan orang-orang susah. Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadhan.
Dari uraian diatas tadi, dapat dimaknai bahwa ibadah puasa menjadi proses yang tak beda dengan madrasah kejujuran. Sebab, hanya kejujuran dalam hidup ini merupakan mata uang yang mahal dan itu merupakan pangkal segala kebaikan.
Melalui ‘Madrasah’ Ramadhan, tak hanya mewajibkan kita untuk berpuasa. Namun, melalui puasa mengajarkan bersabar dan berempati menahan dari lapar dan dahaga serta menahan hawa nafsu. Melalui puasa juga mengajarkan untuk berempati kepada kaum dhuafa, karena dengan rasa lapar kita akhirnya bisa merasakan betapa beratnya hidup ketika tidak bisa makan dan minum.
Dan, bermula dari rasa tersebut, kita bisa menjadi pribadi yang sabar. Perilaku sabar adalah karakter yang sangat penting dalam menjalani kehidupan mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Semoga Ramadan kali ini siapapun Umat Muslim diberikan kekuatan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi cobaan dan ujian. Yakinlah seusai ramadhan, akan ada keberkahan dan makin menebalkan spirit kemanusiaan, semangat ibadah, juga selalu terpangil untuk menebar kebajikan. Semoga Ramadan kali ini amalan kita tidak sia-sia, mendapat predikat taqwa, ampunan, serta keberkahan dari Allah sehingga kita bisa menjadi hamba yang selalu bersyukur atas ketetapan-Nya. Aamiin
Penulis : Anggota DPRD Kota Bogor, Hj Laniasari SAp