Aartreya – Pengamat politik Dr Agus Surachman menyebut politik yang dijalankan Jokowi tak beda dengan pengguna motor yang menyalakan sen kiri tapi beloknya ke kanan. Ia menilai perang dingin Jokowi bukan hanya dengan PDI Perjuangan semata, tapi juga dengan rakyat Indonesia.
“Sebetulnya, perseteruan Jokowi bukan hanya dengan PDI Perjuangan saja, tapi juga dengan rakyat Indonesia. Seperti diketahui, itu bermula dengan keinginan Jokowi mencalonkan 3 periode tapi ditolak PDI Perjuangan, hingga terakhir dipecat PDI Perjuangan,” kata Agus Surachman kepada media online ini, pada Sabtu (15/3/2025).
Yang dilakukan Jokowi, sambung pria yang juga praktisi hukum, merusak tatanan bernegara dan itu melukai bangsa Indonesia. Ia memberi contoh terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengadili perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023 pada 3 Agustus 2023 yang dikabulkan oleh MK saat diketuai Anwar Usman.
Serta, putusan MA yang mengubah ketentuan syarat calon kepala daerah dari yang berusia paling rendah 30 tahun untuk tingkat provinsi dan 25 tahun tingkat kota/kabupaten terhitung sejak penetapan pasangan calon pada 22 September 2024.
“Karena, Jokowi ini kan merusak tatanan bernegara, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, hukum dirusak. Hampir semua tatanan kehidupan berbangsa bernegara dirusak. Jadi dia merusak kehidupan berbangsa dan bernegara,” tukasnya.
“Era kepemimpinan Jokowi utang Indonesia banyak. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total utang pemerintah pada Agustus 2024 telah mencapai Rp 8.461,9 triliun, meningkat hampir Rp 5.853 triliun dari posisi awal senilai Rp 2.608,7 triliun pada akhir 2014,” lanjut Agus.
Jadi, memasuki pemerintahaan saat ini mendapat limpahan utang dari era Jokowi sebelumnya.
“Pemerintahan saat ini dapat limpahan utang dari Jokowi dan harus ‘cuci piring’ dari era sebelumnya,” ucapnya.
Agus juga menyentil rencana Jokowi membuat partai terbuka. Menurutnya, sebutan terbuka itu hanya untuk keluarganya saja, seperti pemaknaan sen kiri tapi belok kanan.
“Partai terbuka, terbuka apanya? Terbuka untuk siapa? Menurut saya, partai super terbuka seperti yang saya tulis di akun x, terbuka bagi keluarganya dan kroninya saja. Contoh, Kaesang. Cuma butuh dua hari jadi kader lalu jadi ketua umum. Dan, sebutan ‘terbuka’ itu kan seperti perusahaan. Saat ini kan sudah banyak orang pesimis dengan perilaku Jokowi,” tuntasnya. (Eko Okta)