Hari Sumpah Pemuda Ke-96, tahun 2024 ini, diperingati bersamaan dengan momentum istimewa yakni Pemilihan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Bogor. Bagi para pra pemilih perlu mengambil pelajaran tentang pentingnya peran pemuda untuk berpartisipasi dalam menentukan calon pemimpinnya, dengan berperan aktif menggunakan hak pilihnya pada 27 November 2024.
Momentum Sumpah Pemuda menjadi pengingat pentingnya peran pemuda dalam perjalanan politik dan sosial suatu bangsa. Jika menilik kilas balik Sejarah terdahulu, lahirnya Sumpah Pemuda, merupakan proses kepedulian pemuda menentukan arah politik. Persatuan dalam semangat perjuangan, demikian, era 1928 itu yang menjadi tujuannya.
Hal penting yang hendak dicapai para pemuda di masa itu para pemuda merasa perlu ada satu himpunan bersama (organisasi tunggal) yang mengakomodir kepentingan bersama, tidak terbatas pada kepentingan darah masing-masing saja. Mengingat di masa itu para pemuda umumnya terbagi dalam organisasi-organisasi kedaerahan.
Keinginan bersatu untuk perubahan yang lebih baik, alasan itu setidaknya yang membuat sejumlah organisasi pemuda pada era 1928 turut menghadiri Kongres Pemuda, di antaranya PPPI, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, dan Jong Bataks Bond.
Sikap apatis dan menurunnya kepercayaan pemuda terhadap proses politik formal, tak boleh terjadi pada para pemuda, terutama pra pemilih. Hal ini sering kali terjadi karena pemuda merasa suara mereka tidak cukup didengar dalam keputusan politik yang diambil oleh para pemimpin. Saat ini, pra perhelatan Pilkada Kota Bogor merupakan momen penting menentukan langkah-langkah konkrit untuk memperkuat kapasitas pemuda dalam politik.
Posisi generasi milenial, juga termasuk di Kota Bogor sangat diperhitungkan pada tahun politik sekarang ini. Mereka adalah bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi. Partisipasi politik generasi milenial tentu sangat penting karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pilkada 2024.
Sudah tentu, kaum milenial berikut pra pemilih saat ini menjadi sasaran empuk bagi politisi-politisi yang ingin maju sebagai cakada karena kondisi idealis pemuda yang mudah sekali dipengaruhi tentang keberpihakan. Meski demikian, peran generasi milenial sebagai pemilih yang memiliki sumbangsih terhadap suara hasil pemilihan yang cukup besar, perlu cermat memilih cakada dan cawakada yang dianggap layak memiliki keberpihakan kepada derita masyarakat tak mampu.
Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor saat ini telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 815.249 jiwa pada Pilkada serentak 2024. Jika dibandingkan dengan DPT pada pemilu terakhir, jumlahnya meningkat sebesar 15,68 persen. Sementara, merujuk data Disdukcapil Kota Bogor, Kota Bogor tercatat ada 12.840 anak yang masuk kategori pemilih pemula dan pada hari H (pencoblosan) berusia 17 tahun.
Jika melihat sejarah ke belakang, pemuda Indonesia masa lalu, telah menunaikan perannya sebagai agen perubahan. Dan, saat ini, pemuda masa kini dan masa depan juga harus tetap bisa sebagai agen perubahan.
Pemuda perlu menyoroti pembangunan Kota Bogor yang masih tertinggal beragam masalah sosial yang dirasakan masyarakat. Diantaranya, soal pendidikan masih terjadi ketidakmerataan dengan jumlah SMP negeri hanya 20 bangunan dan baru tahun ini bertambah satu SMP negeri.
Sementara, SMA negeri hanya 10, yang tidak pernah bertambah selama 10 tahun terakhir. Dampaknya, saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), keluhan orangtua tak mampu berulang setiap tahunnya. Karena, banyak yang terdampar ke sekolah swasta dan didominasi siswa dari keluarga tak mampu.
Tak hanya itu, cerita ijazah ditahan, kisah mahalnya SPP sehingga berdampak anak putus sekolah juga masih terdengar di Kota Bogor. Tak hanya itu, impian keluarga pra sejahtera untuk menjadikan anaknya sarjana terbilang sulit karena tak ada beasiswa dari campur tangan pemerintah daerah. Demikian juga lapangan kerja, tak bertambah. Begitu juga bantuan modal usaha, tak terdengar. Buntutnya, angka kemiskinan di Kota Bogor berlanjut. Hingga, pemulihan ekonomi di Kota Bogor pasca Covid-19 silam tak terlihat.
Menilik semangat pemuda adalah agen perubahan, maka perlunya campur tangan di pilkada pada 27 November 2024 mendatang. Adalah bijak, memilih cawalkot dan cawawalkot yang mengedepankan pembangunan untuk sejahteraan masyarakat. Bukan memprioritaskan membangun infrastuktur. Apalagi memperbanyak membangun taman.
Mengantisipasi perut lapar, memfasilitasi setiap kepala keluarga atau satu rumah memiliki satu sarjana, memfasilitasi lapangan kerja hingga bantuan modal usaha masyarakat sehingga bisa merubah nasib keluarga, itu jauh lebih penting dibanding menata kota.
Seperti program unggulan Rena Da Frina dan Teddy Risandi. Yakni, Program Bogor Ready Cerdas, yaitu memberikan beasiswa kepada 400 calon sarjana, 40 calon magister, dan 40 calon doktor. Paslon Rena Da Frina dan Teddy Risandi juga menyebut akan meningkatkan sarana pendidikan, kompetensi, serta kenaikan tunjangan guru di Kota Bogor sebesar Rp1 juta rupiah. Mereka pun akan memberikan intensif kepada para guru agama non formal sebesar Rp400 ribu.
Program unggulan kedua Rena dan Teddy yakni Bogor Ready Melayani yang mengedepankan pelayanan respons cepat untuk warga seperti aspal ready 24 jam untuk infrastruktur yang merata dan berkualitas. Dan, akan meningkatkan biaya operasional RT hingga Rp1 juta, sementara untuk RW sebesar Rp1,5 juta. Tak hanya itu, Rena dan Teddy juga bakal memberikan insentif sebesar Rp400 ribu kepada pengurus Masjid, Gereja, Vihara, Pura, dan Klenteng yang ada di Kota Bogor.
Di bidang kesehatan, Rena-Teddy bakal menghadirkan program unggulan Bogor Ready Sehat. Di dalamnya mereka akan memberikan layanan ambulans gratis 24 jam di setiap kecamatan. Serta, Puskesmas Ready yang beroperasi selama 24 jam, peningkatan BOP Posyandu dan Posbindu. Dan, menghadirkan Rumah Stunting Ready di setiap kecamatan.
Selanjutnta, program unggulan keempat yakni Bogor Ready Kreatif dengan berencana mengadakan pelatihan Ready untuk menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi kreatif dibarengindengan pemberian fasilitas kredit usaha sebesar Rp10 juta tanpa agunan pada 4 ribu pelaku UMKM. Juga, akan membuka lapangan kerja secara bertahap untuk 44 ribu tenaga kerja.
Tak hanya itu, Rena dan Teddy akan memberikan insentif usaha kepada 4 ribu perempuan yang menjadi kepala keluarga, menghadirkan pasar malam sebagai sarana promosi UMKM, serta membangun rumah UMKM Ready di setiap kantor kecamatan. Perubahan, itu perlu! (*)
(Penulis : Rakyat Jelata Kota Bogor, Eko Okta Aryanto, SE)