Aartreya – Relawan Ganjar – Mahfud bersekretariat di Jalan Raya Mulyaharja, RT 004, RW 003, Cibereum, Kota Bogor, yang menamakan kelompoknya dengan sebutan Geregetan (Gerakan Relawan Ganjar Kite Tanpa Neo Orba) mengaku merasa prihatin dengan dugaan permainan hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Dan, berbuntut anak Presiden Jokowi menjadi cawapres. Hal itu disampaikan ketuanya, Kiki Ardesti.
“MK adalah lembaga pengawal konstitusi dan MK lahir pada 13 agustus 2003, era Presiden Megawati, sebagai amanat reformasi. Tapi, ironisnya yang membuat kami prihatin, MK seolah masuk ruang politik, dan menjadi tiket Cawapres Gibran,” kata Kiki kepada media online ini, Senin (13/11/2023).
Padahal, sambungnya, semasa Presiden Megawati menjabat tak pernah memanfatkan kekuasannya melalui MK yang dibentuknya dengan menjadikan anaknya capres atau cawapres. Demikian juga era presiden selanjutnya.
“Ironisnya lagi, anak pak presiden berpasangan dengan capres yang namanya sudah popular di banyak kalangan pada era orba. Apakah ini tanda-tanda, fenomena politik? Kami menyayangkan, Jokowi yang sukses menjadi presiden melalui PDI Perjuangan dengan mengemban amanat reformasi dan anti orba, kini malah berbalik, bersama politisi yang dulunya merupakan musuhnya,” ucap Kiki.
Fenomena politik jelang pemilu ini, masih menurutnya, membuat demokrasi yang dilahirkan dengan darah, air mata dan keringat para aktivis mahasiswa 1998 jadi terkoyak dan kembali ternoda.
“Adanya dugaan intervensi hukum, adanya dugaan politik dinasti sebagaimana dulu isu KKN menjadi isu utama yang diusung para pendemo di jalanan era menentang rezim Soeharto, adanya pembungkaman berpendapat dengan hadirnya UU ITE. Ini mengingatkan kita pada masa orba berkuasa di zaman Soeharto,” tandasnya.
Menutup wawancara, ia menegaskan, public harus diedukasi dan disadarkan karena pemilu merupakan momentum menentukan arah Indonesia kedepan.
“Ada dua pilihan, menjaga dan mengawal reformasi. Atau, kembali ke era orba dengan para tokoh masa lalu yang akan kembali di panggung politik. Jika ditanya, saya dan kawan-kawan lebih memilih menjaga dan merawat reformasi dengan memilih orang baik, pemimpin baik, sosok yang bersih dari masa lalu orba. Dia adalah Ganjar-Mahfud,” tuntasnya. (Eko Okta Ariyanto)