12 Hari Siaga Pagi hingga Petang, ini Cerita Relawan Kemanusiaan PDIP di Posko Pengungsi Longsor

341
Posko pengungsi sementara bencana longsor Gang Barjo, Kota Bogor

Ada air mata dibalik bencana longsornya tebingan setinggi 20 meter di Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor longsor pada Rabu (12/10/2022) lalu. Sebanyak 8 orang tertimbun. Dari jumlah tersebut, 4 orang ditemukan selamat. Sedangkan, 4 orang lainnya meninggal dunia ditemukan oleh tim SAR secara bergantian.

Bersamaan saat  terjadinya longsor dan kunjungan Menteri Sosial Tri Rismaharani ke lokasi bencana, sekitar 139 warga terdampak longsor di Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kelapa, Kota Bogor, diungsikan sementara di Masjid Jami Nurul Ikhlas, Jalan Veteran, Kota Bogor.

Pantauan media online ini, terlihat ratusan warga masih menempati aula masjid atau sekitar 500 meter dari lokasi longsor hingga Senin (24/10/2022). Para pengungsi didominasi oleh wanita, ada juga lansia dan beberapa anak-anak.

Tampak tim kesehatan bersiaga untuk mengontrol dan memberi pertolongan jika ada pengungsi yang sakit. Dapur umum juga sudah dibangun di lokasi untuk memenuhi kebutuhan makan para pengungsi.

Diantara para volunteer, hadir relawan PDI Perjuangan Kota Bogor yang setiap hari ikut melayani warga hingga hari ke-12 saat berita ini ditulis. Mereka yakni Ariastuti, Teti, Imas dan Lina Koto. Meski bukan anggota dewan, atau pejabat daerah atau tanpa digaji dari dana APDB serta tak bertujuan mencari pencitraan, ketiganya tulus bekerja untuk kemanusiaan. Kesehariannya, para Srikandi PDI Perjuangan ini selalu siaga dalam layanan logistik di posko pengungsian.

“Melayani sesama, itu adalah bagian dari ibadah. Biar tak dapat honor, atau imbalan, kami iklas melakukan. Dan, menikmati. Senang rasanya bisa membantu warga,” kata aktivis PDI Perjuangan Kota Bogor, dari Kecamatan Tanah Sareal, Teti.        

Dia dan rekannya, sejak terjadi bencana longsor, sudah hadir di lokasi pengungsian. Tanpa pamrih, tanpa bayaran, tapi tulus menolong, meski harus berpeluh. Dan, mereka sudah menunjukan berkorban waktu, tenaga dan biaya. Bukan untuk pencitraan, apalagi sibuk hanya ber swa foto demi populer.  

“Nyaris seperti ngantor. Dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam. Tujuan kami, bukan untuk pencitraan, atau ber swa foto untuk popularitas pribadi. Tapi, murni menolong sesama. Boleh cape, tapi semangat melayani tak boleh redup. Kami bahagia bisa membantu sesame. Dan, sukacita itu sudah jadi bayaran berharga buat kami,” tutur Teti didampingi Ariastuti dan Lina Koto. (Eko Octa)                

          

SHARE

KOMENTAR