Mengenal Lebih Dekat Laksamana Muda Maeda

1768
Keluarga Laksamana Muda Maeda

Kilas balik momen kemerdekaan menunjukan betapa banyak jiwa dan raga para pejuang yang dipertaruhkan demi Indonesia. Selain dari sejumlah tokoh pribumi, ada beberapa warga asing yang juga rela mengorbankan apa yang dimilikinya, juga hidupnya agar bangsa Indonesia lepas dari penjajahan.   

Adalah Laksamana Muda Maeda salah satunya. Ia merupakan sosok perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang menyediakan tempat dirumuskan naskah proklamasi kala itu. Berikut lebih dekat tentang Laksamana Maeda, dikutip dari idn.times.

1. Memiliki hubungan akrab dengan tokoh-tokoh penting Indonesia

Laksamana Muda Maeda pernah menjalani dinas di Belanda sebelum pada tahun 1942 dipindah-tugaskan ke Indonesia. Pada saat masa dinasnya di Belanda, ia bertemu dengan Moh. Hatta dan menteri luar negeri, Ahmad Subardjo.

Sejak saat itu ia mengamati seberapa kerasnya perjuangan para tokoh nasional membela Indonesia demi terlepas dari penjajahan Belanda. Laksamana Muda Maeda yang telah menaruh hati pada Indonesia kemudian datang untuk bertugas ke NKRI seiring dengan kemunculan Jepang.

2. Mendirikan Asrama Indonesia Merdeka untuk pendidikan para pemuda

Dilansir dari jakarta.go.id, Asrama Indonesia Merdeka merupakan sarana pendidikan politik bagi para pemuda yang didirikan pada tahun 1944 oleh Laksmana Muda Maeda. Hal ini menjadi bentuk kepeduliannya terhadap rakyat Indonesia untuk bisa memperjuangkan kemerdekaan dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan.

Asrama ini dibangun tepatnya pada bulan Oktober 1944 di Kebon Sirih 80, Jakarta dan memiliki pengajar yang terdiri dari beberapa tokoh intelektual Indonesia, seperti Soekarno, Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, Sjahrir dan Sanoesi Pane. Tidak lama kemudian dibentuk cabang baru di Surabaya yang diketuai oleh Ahmad Subardjo dengan dibantu oleh Wikono.

Masa belajar yang dijalani oleh para pemuda terpilih di Asrama Indonesia Merdeka ialah kurang lebih 6 bulan lamanya. Setelah lulus sebagian dari pemuda yang berhasil menamatkan kursus singkatnya di asrama ini menjadi anggota Barisan Pelopor Istimewa. 

3. Keinginan untuk menyumbang jasa bagi kemerdekaan Indonesia

Laksamana Muda Maeda telah memiliki keinginan untuk bisa menyumbangkan jasanya bagi Indonesia. Beliau melakukan segenap kemampuannya untuk mengorbankan diri demi kemerdekaan Indonesia yang ia ketahui menjadi cita-cita para leluhur sejak dulu kala.

Dengan menyediakan rumah sebagai tempat berkumpulnya tokoh-tokoh bangsa, Maeda siap mengamankan tempat itu dan memastikan teks proklamasi dapat dirumuskan dengan tenang agar dapat segera dibacakan pada momen kemerdekaan Indonesia. 

Sebelumnya Laksamana Muda Maeda sudah dua kali meminta pihak Jepang memberi kemerdekaan bagi Indonesia. Namun, tak kunjung ada respon dari pihak Jepang yang membuat Laksamana Muda Maeda memberanikan diri untuk bertindak cepat selama kekosongan kekuasaan pada saat itu.

Hal ini juga ia lakukan selaras dengan sebuah prinsip yang pernah dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat, Wilson, yaitu setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri.

4. Pernah mendapat perlakuan tidak adil di berbagai tempat

Jasa berharga dari Laksamana Muda Maeda tidak dapat diapresiasi baik oleh lingkungan luar termasuk negara asalnya sendiri. Setahun setelah kemerdekaan Indonesia Laksamana Muda Maeda menerima penahanan atas tuduhan telah membantu kemerdekaan Indonesia.

Namun, beliau berhasil membantah bahwa ia tak mungkin bisa menggerakkan seluruh rakyat Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan dan itu membuatnya dibebaskan serta diperbolehkan pulang ke kampung halamannya. 

5. Akhir kisah hidup Laksamana Muda Maeda yang menyedihkan

Tetapi penderitaan Laksamana Muda Maeda tidak berhenti sampai disitu, setibanya di Jepang ia kembali menjalani sidang dan mendapat perlakuan tidak baik karena dianggap telah mencoreng harga diri Jepang. 

Akhirnya Laksamana Muda Maeda mundur dari politik dan jabatannya. Menjadi rakyat biasa di sisa hidupnya tidak membuat Laksamana Muda Maeda dapat hidup damai dan tenang, pasalnya ia dan keluarga masuk daftar hitam yang membuat tidak ada fasilitas negara yang bisa digunakan. Hingga akhirnya kisah hidupnya ditutup kala Laksamana Muda Maeda pada tahun 1977 meninggal dunia. (idntimes/jakarta.go.id/nesto)

SHARE

KOMENTAR