Pemilu Damai Wujud Demokrasi Bermartabat

302

Pemilu damai, tanpa hoax dan ujaran kebencian tentunya menjadi harapan bangsa ini. Terutama, dalam rangka mewujudkan pemilu yang teduh dan berintegritas. Karena, pemilu 2024 ini merupakan bagian penting pengawal lembar baru sejarah, peralihan kepala negara, juga memilih wakil rakyat yang merupakan wujud nyata demokrasi.

Mewujudkan pemilu damai tentu bukan hanya tugas yang harus diemban aparat keamanan. Tapi, juga semua kalangan masyarakat, wajib berperan agar tidak ada residu pemilu yang menimbulkan permusuhan dan kebencian, sehingga merugikan negara. Membangun spirit politik berdamai dengan saling silaturahmi, saling membangun pernyataan teduh dimulai dari para tokoh masyarakat juga politisi tentunya hal itu akan membuat sausana teduh dan diikuti oleh masyarakat.

Publik perlu diedukasi bahwa pemilu bukan ajang kontestasi laga perebutan untuk memilih pemimpin dan calon wakil rakyat baru. Pemilu, juga bukan panggung pertandingan atau tempat peperangan atau saling tonjolkan permusuhan. Tapi, akan lebih indah jika semuanya dimulai dengan semangat damai.

Mengacu pemilu capres sebelumnya, tahun 2014 dan 2019, pemilu bak iklim panas mendadak yang merembes ke masyarakat dan muncul penstigmaan pro kontra. Tak sampai disitu, suasana panas pun melebar merambah dunia maya. Cukup sudah. Jangan sampai berulang.

Pemilu 2024 mendatang saatnya siapapun mendewasakan diri berpolitik dan meninggalkan permusuhan. Pemilu harus jurdil (jujur dan adil) serta menegakkan perdamaian di Indonesia serta dijaga perdamaiannya. Masyarakat diminta untuk tetap damai dan meminimalisir konflik, meski mendukung capres atau partai politik yang berbeda. Perdamaian harus ditegakkan karena jika tidak akan memunculkan permusuhan dan efeknya negatif.

Terpenting, perjalanan di tahun politik jelang pemilu harus terbebeas dari politik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) karena akan mengancam persatuan yang sejak dulu sudah diperjuangkan oleh para pahlawan pengrajut NKRI.

Oleh karena, pentingnya disuarakan ajakan untuk mewujudkan pemilu yang damai tanpa isu SARA. Jangan mudah terpengaruh oleh provokasi yang memanaskan suasana dan memicu permusuhan berdasarkan perbedaan keyakinan, suku, dan lain-lain. Masyarakat perlu waspada dan bijak menyaring beredarnya isu SARA atau hoax di media sosial. Oleh karena itu penyebaran propaganda yang berujung perpecahan SARA harus dicegah agar pemilu berlangsung dengan damai.

Anak bangsa di negeri ini perlu mengingat perjalanan kemuliaan sejarah lahirnya negara kesatuan bahwa Indonesia berdiri di atas semua perbedaan suku, hingga agama. Yang harus disadari, pemilu merupakan sarana untuk menjaring dan menyaring juga menyeleksi calon pemimpin yang kredibel. Melalui pemilu, kualitas calon pemimpin sangat ditentukan oleh proses pemilu.

Menjelang Pemilu 2024 masyarakat juga perlu waspada hadirnya hoaks dan propaganda yang umumnya beredar di media sosial. Hoaks sangat berbahaya karena bisa menyesatkan pikiran masyarakat dan memicu kerusuhan. Oleh karena itu penyebaran hoaks harus dicegah agar pemilu berlangsung dengan damai.

Adalah penting memilih calon pemimpin yang dipandang kredibel, tentunya masyarakat tidak dianjurkan golput, karena hal tersebut hanya akan menguntungkan bagi calon yang tidak kredibel. Pemilu damai, tanpa hoax dan tanpa ujaran kebencian merupakan wujud dari budaya demokrasi yang harus dilembagakan dan dibumikan. Jangan sampai kontestasi politik justru menjadi ajang saling membenci

Dan, sekali lagi, pemilu harus disadari merupakan transisi dan pergantian kedaulatan. Maka, wacana yang penting mengemuka adalah tentang gagasan, tentang ide membangun, serta harapan. Bukan narasi yang menimbulkan kebencian, enyebarkan fitnah, dan yang juga menyebabkan konflik. Mari, kita jadikan pemilu ini sebagai panggilan untuk menyejahterakan bangsa. Bangun suasana kontestasi teduh dan tetap bersaudara. Salam semangat pemilu damai. (*Penulis : Anggota DPRD Kota Bogor, Hj Laniasari, SAp)   

SHARE

KOMENTAR