Sejak Kapan Kopi hadir di Indonesia? Ini Sejarahnya

807
Foto : Ist

Sebutan kopi, bermula dari kata “kopen”. Dalam bahasa Jawa berarti merawat, menjaga, dan memelihara secara hati-hati. Hanya satu tujuannya, mereka bisa menumbuhkan kopi berkualitas dari segi rasa dan aroma.

Tak hanya sekadar harum, tetapi kopi beraroma surga sebagai harta karun berlimpah di tanah Nusantara, the Aroma of Heaven. Bagi sebagian masyarakat di tanah air, kopi bukan sekadar minuman. Tapi, kopi adalah sumber kehidupan. Mereka mendedikasikan hidupnya demi kopi agar dapur terus mengepul dan anak-anak bisa bersekolah.

Awal Sejarah Kopi

Pada mulanya, kopi ditemukan di Ethiopia pada abad ke-9. Namun, baru pada abad ke-15, para pedagang Arab membudidayakan di kota Mocha, Yaman. Sayang, kopi tak bisa tumbuh baik di Eropa. Bangsa Eropa berusaha mencari lahan perkebunan  subur yang bisa ditanami komoditas kopi. Inilah cikal bakal penjajahan bangsa Eropa di kawasan Asia. Salah satunya, bangsa Belanda datang ke Indonesia dan menerapkan sistem tanam paksa kopi secara nasional.

Masuknya Kopi ke Indonesia

Pada sekitar 1696, Belanda dengan kapal VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) bersiasat dagang di Jawa sembari membawa kopi Malabar dari India. Kopi Arabika ini lantas diuji coba tanam di Batavia (Jakarta). Sayangnya, faktor alam membuat penanaman kopi ini gagal. Belanda lantas menanam ulang di daerah Sumatera, Bali, Timor Timur, Sulawesi dan beberapa pulau lain. Penanaman ini sukses besar. Bahkan, pada 1700-an, VOC memonopoli perdagangan kopi di Eropa dan seluruh dunia. Muncul lahan kopi terluas di Asia Tenggara, Dataran Tinggi Gayo dengan kopi Gayo. Sedangkan, di Jawa, lebih populer dengan kopi Java.

Popularitas Kopi Indonesia

Usai Proklamasi Kemerdekaan, perkebunan kopi di Indonesia mengalami pasang surut. Dalam novel “Max Havelaar”, Douwes Dekker, banyak terungkap sisi terselubung sistem tanam paksa di Indonesia. Termasuk bagaimana ketidakadilan dan kekejaman Belanda terhadap petani Indonesia. Kemudian pada era 2000-an, kopi Indonesia mulai bersinar di kancah Internasional. Bahkan, sukses menempati posisi keempat produsen kopi terbesar sejagat, di bawah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Beragam jenis cita rasa kopi Indonesia yang berkualitas dan nikmat, membawa reputasi harum kopi Indonesia di mata dunia.

Budaya Minum Kopi

Seiring waktu, masyarakat menjadikan minum kopi sebagai budaya. Menurut Wrecking Trish Rothgeb dalam artikel “Ball Coffee Roasters tahun 2002”, sedikitnya ada 3 pergerakan dalam perkopian atau lebih dikenal sebagai Waves Coffee.

1. First Waves Wave Coffee

Pada era 1800-an, kopi disajikan dalam kemasan praktis dan instan. Bahkan, pada Perang Dunia I (1917), tentara disajikan kopi sebagai minuman setiap hari.

2. Second Wave Coffee

Tak seperti kopi sebelumnya, citarasa kopi instan dianggap kurang nikmat. Para fanatik kopi menginginkan lebih dari yang bisa mereka minum.  Maka itu, pada 1960-an, muncul berbagai varian kopi baru. Seperti latte, espresso, mochaccino, cappuccino, frappuccino, americano, dan masih banyak lagi. Mulai menjamur berbagai coffee shop tematik yang lebih nyaman dan modern. Sembari minum kopi, mereka bisa mengobrol santai hingga diskusi bisnis dengan kolega.

3. Third Wave Coffee

Gelombang ketiga hadir tahun 2000-an. Pada masa ini, masyarakat luas menyadari ada perjalanan panjang demi secangkir kopi nikmat. Mulai dari proses tanam, pengolahan biji kopi, hingga penyajian. Dari sini muncul istilah “origin”, yaitu pemberian identitas kopi sesuai lokasi tanamnya. Pasalnya, rasa kopi akan berbeda apabila ditanam di daerah tertentu. Pecinta kopi lebih detail dalam menikmati kualitas dan rasa kopinya. Nah, di Indonesia ada beberapa daerah penghasil kopi yang legendaris dan telah mendunia. Antara lain Mandailing (Sumatera Utara), Dataran Tinggi Gayo (Aceh), Preanger (Jawa Barat), Kintamani (Bali), dan masih banyak lagi lokasi perkebunan kopi lainnya, termasuk Papua dan Flores

 

Sumber: Tanamera Coffee & Sasame Coffee

SHARE

KOMENTAR