Aartreya.com – Kader banteng yang juga Pengurus Kecamatan Bogor Utara PDI Perjuangan Kota Bogor, Horas Sitorus diam-diam ternyata diketahui tak hanya trampil di bidang politik praktis, tapi juga 'cukup tajam' melakukan analisa ekonomi. Kepada media online ini, di Sinar Kasih Batutulis saat melayat ibunda sejawatnya Guntur Simanjutak, Horas menyampaikan, pada 2023 mendatang disebutnya sebagai ‘tahun petaka ekonomi’ di banyak negara.
“Kenapa? Karena, hampir banyak negara terkena imbas resesi ekonomi. Sebut saja seperti Inggris, Amerika, Jerman, Prancis dan terkini China,” kata pria yang kerap disapa Frendi Sampo lantaran kerap keramas, Jumat (9/12/2022).
Sembari mengernyitkan dahinya tanda sedang berpikir, ia melanjutkan, ekonomi yang gelap di tahun depan tak lepas dari ancaman tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tidak bisa dipastikan kapan akan berhenti.
“Rusia dan Ukraina sebagai pemasok terbesar energi dan pangan sehingga membuat tingkat inflasi di banyak negara meningkat.Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani di beberapa media, menyampaikan, bahwa hampir semua negara di dunia mengalami risiko kemunduran ekonomi,” tukasnya sembari menghisap dalam-dalam rokoknya.
Namun, lanjut Horas, peluang Indonesia masuk jurang resesi sangat kecil.
"Risiko resesi Indonesia sangat kecil, itu yang saya analisa dan diketahui. Indonesia boleh dikatakan di dunia memiliki risiko resesi kecil sekali. Lalu, upaya apa yangharus kita lakukan? Itu pertanyannya. Jawabannya yakni, perlu mengoptimalkan pangsa pasar dalam negeri untuk meminimalisasi dampak pelemahan ekonomi global atas permintaan yang menurun,” tuturnya dengan mimik wajah serius.
Ia pun memberi gambaran, perekonomian nasional sangat disokong oleh konsumsi masyarakat. Horas juga mengingatkan lagu 'Kolam Susu' yang dipopulerkan Koes Plus era 70-an yang membuatnya optimis, Indonesia tak bakal terjerat resesi.
"Indonesia itu dikenal sebagai negara dengan pertumbuhan ekonominya yang didominasi pangan. Jadi, daya beli masyarakat harus dijaga. Contohnya, melakukan swasembada pangan seperti beras, jagung, dan sorgum. Itu harus dimulai dari saat ini, kita harus manfaatkan lahan yang ada untuk penguatan pangan. Ini yang menolong kita tak terancam resesi," yakinnya.
"Selain itu, juga perlunya menggiatkan usaha kecil. Kenapa? Karena, tak bergantung dengan dolar dan tak ada urusan dengan ekspor,” ungkap Horas sembari kepalanya manggut-manggut meniru gaya ekonom Feisal Basri mengakhiri wawancara. (Eko Octa)