Catatan Pak E, Pilkada Bukan Restoran Atau Atraksi Politik Panjat Pinang

173
Eko Okta Ariyanto

JELANG perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bogor, suhu politik kota hujan mulai terlihat menghangat. Upaya menjahit dan bangun koalisi, atau mematahkan komunikasi dengan mesin politik yang tak sejalan dengan partai politik semasa pemilihan presiden (pilpres) belum lama ini seolah kian disuarakan.        

Sinyal politik itu terlihat saat PAN Kota Bogor dengan ketuanya Bedjo Santoso berkunjung ke DPD Partai Golkar Kota Bogor dengan agenda menjodohkan Dedie A Rachim dan M Rusli Prihatevy di Pilkada 2024 Kota Bogor.

Saat ini, PAN berada di urutan kelima dengan 50.655 suara. Pada pemilu tahun ini, partainya Bima Arya, mantan kepala daerah Kota Bogor tersebut berhasil menambah 2 kursi dari 3 kursi di Pileg 2019 menjadi 5 kursi pada Pileg 2024. Sementara, Partai Golkar berada di urutan kedua dengan 89.988 suara. Partai berlambang pohon beringin ini berhasil meraih 7 kursi anggota DPRD Kota Bogor, naik 2 kursi dari Pileg 2019.

Politik memang tak lepas dari ‘romantisme’ masa lalu. Sebagaimana disampaikan bakal calon walikota (bacawalkot) Dedie A Rachim. Melansir yang diwartakan metropolitan.id, ia mengakui jika secara personal memiliki hubungan yang sangat baik. Bahkan, ia sudah menjalin komunikasi sejak 2017 silam, sebelum pencalonannya di Pilkada 2019 Kota Bogor.

"Secara personal saya berhubungan sangat baik, komunikasi bahkan Pak Rusli itu salah satu Kader Golkar yang berkomunikasi sejak tahun 2017, pada saat pencalonan saya menjadi Wakil Wali Kota Bogor di periode keduanya Pak Bima," ucap Dedie A Rachim, pada Selasa, 22 April 2024.

"Ya tentu ya, kalau memang ini menjadi kebaikan bersama tentu sangat memungkinkan (dijodohkan dengan M Rusli Prihatevy)," lanjut  mantan Wakil Walikota Bogor.

Meski nama Dedie A Rachim tercatat sebagai Bacawalot PDI Perjuangan Kota Bogor, namun hingga penutupan penjaringan pendaftaran, belum berkunjung ke partai besutan Megawati Soekarnoputri di kota hujan. Pengambilan formulir pada akhir pekan lalu, diwakilan timsesnya, mantan Dirut PD Pasar Pakauan Jaya, Muzakir. Bisa dimaklumi, karena saat itu Dedie tengah hadiri sertijab kepala daerah sementara di Bandung.

Namun, janji Dedie datang ke PDI Perjuangan Kota Bogor kembali tertunda karena bersama partainya PAN, bersilaturahmi ke Partai Golkar untuk ‘menjodohkannya’ dengan Ketua DPD Partai Golkar Kota Bogor, M Rusli Prihatevy. Hal itu tentunya, sah-sah saja.

Hanya, yang terasa disayangkan karena BP Pemilu PDI Perjuangan Kota Bogor harus menunggu lama dari pukul pukul 09.00 hingga 19.00 WIB,  Senin (22/4/2024) petang. Keterangan Ketua BP Pemilu PDI Perjuangan Kota Bogor Vayireh Sitohang, Dedie tak memberi kabar pasti sehingga pihaknya harus rela menunggu dari pagi hingga petang selama 12 jam.

Bicara PAN, tentu tak lepas dari Bima Arya. Sebab, ia salah satu Ketua DPP PAN, sekaligus yang menjadikan Dedie A Rachim sebagai kader partai berlambang matahari terbit. Dedie sendiri saat ini sudah mengantongi rekom sebagai cawalkot asal PAN.

Pada Pilkada Kota Bogor 2018 lalu, pasangan Bima Arya dan Dedie menang dengan 43,64 persen dari tiga pasangan calon (paslon) lainnya. Paslon ini meraup suara dengan jumlah 215.708 dari total 521.765 pengguna hak pilih, saat itu.

Jika nantinya, PAN sukses menjodohkan Dedie A Rachim dan M Rusli Prihatevy asal Partai Golkar, tentunya hal itu akan merubah konstalasi politik kota hujan. Mudah ditebak, Bima Arya sebagai sang mentor Dedie A Rachim, dibalik ‘perjodohan’ ini. Sejarah sepertinya akan berulang, saat Bima Arya mendadak membatalkan sepihak bersama dan memilih Dedie A Rachim pada detik akhir jelang pendaftaran Pilkada Kota Bogor 2018 lalu.     

Riuh demokrasi jelang pilkada sepertinya akan penuh kejutan dan tentunya sinyal ini sebagai pengawal konstalasi politik pra pilwakot. Dan, yang pasti, pilkada itu bukan ‘restoran’ yang menyajikan makanan untuk disantap tamu yang datang lalu pulang. Serta, pilkada juga bukan politik panjat pinang yang hanya memanfaatkan banyak kepala orang untuk dipinjam sebagai pijakan naik ke atas.

Terpenting, pilkada akan jadi indah jika dibangun dengan komitmen tak bedanya orang memadu asmara. Perlunya rasa cinta, setia dan komitmen tak bedanya yang akan membangun 'rumah tangga' baru.  Nah, seperti apa episode kisah perjalanan menuju Pilkada Kota Bogor selanjutnya? Mari kita saksikan bersama, Gaes! Salam sruput kopi tanpa gula dan menikmati gorengan sebagai pelengkap

(Penulis Aktivis 98, Eko Okta Ariyanto).

SHARE

KOMENTAR