Catatan Pak Eko : Pentingnya Belajar Ketulusan dari Ida Dayak, Inspirasi Kaum Rakyat Biasa

593

Nama Ida dayak belakangan ini sangat fenomenal. Betapa tidak, wanita kelahiran Kabupaten Paser, Kalimantan Timur pada 3 Juli 1972 yang memiliki nama lengkap Ida Andriyani belakangan ini terbilang popular. Namanya viral di dunia maya hingga mewarnai beragam pemberitaan media cetak, online hingga visual. Juga, di medsos.  

Ida Dayak menjadi ‘idola’ kaum rakyat jelata, juga pengguna media sosial TikTok. Ia dipercaya dapat mengobati beragam penyakit, dari patah tulang, stroke, hingga tuna wicara. Salah satu yang menjadi ciri khasnya, saat melakukan pengobatan pasiennya, Ida Dayak kerap terlihat melakukan ritual dengan menari. Selain itu, Ida Dayak selalu tampil dengan kesederhanannya, bahkan secara tak langsung sudah menyampaikan, mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan rakyat, tanpa pungutan dan kerja iklas.      

Jika sebelumnya, pada 2009 lalu, publik Tanah Air pernah digegerkan dengan hadirnya sosok dukun cilik bernama Ponari asal Jombang, Jawa Timur. Selanjutnya, pengobatan alternatif Ningsih Tinampi yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur pada 2020 lalu. Namun, nama Ida Dayak boleh dibilang lebih meroket dan meng-Indonesia.  

Saat melakukan pengobatan, Ida Dayak mengaku dirinya sebagai seorang muslim selalu mengucapkan bismillahirohmanirohim. Dan, ia pun selalu menyampaikan, dirinya hanya perantara, penyembuhan penyakit hanya bisa dilakukan oleh Allah SWT.

Foto : Celebrities.id

Yang lebih menarik, pasiennya didominasi kaum rakyat jelata. Dan, Ida Dayak tidak memungut biaya untuk proses pengobatan yang dilakukan. Saat melakukan pengobatan, ia hanya menggunakan minyak merah yang disebutnya sebagai 'Minyak Bintang'. Minyak Bintang konon sudah dikenal lama oleh Suku Dayak Kalimantan sebagai obat tradisional yang digunakan turun menurun.

Berawal dari pengobatan yang gratis dan manjur menyembuhkan pasien warga negara kelas tiga, tak pelak banyak orang rela mengantri untuk mendapatkan layanan penanganan penyakit darinya.

Melalui tangan dingin, kerendahan hati, senyum ramah dan layanan gratis Ida Dayak, masyarakat seolah telah melepaskan rindu bertemu saudaranya yang bisa memberikan solusi sehat, gratis..tis..tis. Sebab, sudah bukan rahasia umum layanan medis di rumah sakit, biaya pengobatan terkini umumnya diketahui bisa menghabiskan biaya terbilang mahal, hingga berjuta-juta rupiah.

Tak hanya pasien dari keluarga rakyat biasa yang sudah disembuhkan Ida dayak. Mantan kepala BIN AM Hendropriyono pernah menceritakan pengalaman mendapatkan pengobatan dari Ida Dayak. Hendropriyono pernah merasakan dan membuktikan keampuhan pengobatan tradisional Ida Dayak membuatnya kagum.

Ini ajaib. Ini salah satu bentuk kearifan lokal yang saya lihat sudah viral dan merupakan tradisi yang unggul. Dengkul saya sakit, orang seperti saya usia dekat 80an dengkul sakit. Setelah menjalani pengobatan, keluhan pada dengkulnya pun hilang. Demikian kata mantan kepala BIN dilansir dari Tribunstyle.com, Sabtu (8/4/2023)

Kesaksian penyembuhan Ida dayak juga disampaikan Guruh Soekarnoputra, Ali Mukhtar Ngabalin, dan mantan Menteri Kesehatan, Fadhilah Supari. Saat jadi pembicara alah satu acara sebuah TV, Fadhilah Supari sempat terharu dan matanya berkaca-kaca melihat di media sukacitanya rakyat yang mendapatkan layanan gratis Ida Dayak. Kebaikan Ida dayak pun diakui oleh rakyat.

Hadirnya Ida dayak, mengingatkan public pada pengabdian Cipto Mangunkusumo merupakan lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) atau sekolah kedokteran di Batavia yang lulus sebagai dokter pemerintah pada 1905. Saat ditugaskan ke Demak, Jawa Tengah, Cipto Mangunkusumo sering memberikan pertolongan kepada rakyat miskin, tanpa meminta imbalan. Ia pun mendapat julukan sebagai "dokter rakyat".

Menginjak tahun politik saat ini, Ida Dayak tak berlebihan jika disebut sebagai inspirasi pengabdian terhadap rakyat. Jika banyak para bakal caleg, bakal capres, bakal cakada bertemu rakyat pada tahun politik belakangan ini. Bahkan, senyam senyum ber swa foto atau berselfie menggunakan alat peraga demi citra. Namun, hal itu, tak dilakukan Ida Dayak.

Ia tak pernah mempromosikan dagangannya, sebaliknya dirinya tulus iklas melayani rakyat dengan senyum bersaudara, berpindah-pindah pelayanan dan praktik di tempat terbuka, seperti di lapangan bola dan sebagainya. Ida dayak pun selalu tampil dengan kesan bangga sebagai rakyat biasa dengan kesederhanannya, tanpa gunakan mobil mewah, tanpa parfum mahal, tanpa pakaian berharga mahal.

Dan, rakyat pun akhirnya menarik kesimpulan seperti bahasa iklan salah satu produk,”jika lidah bisa berbohong, tapi soal rasa lidah tak bisa bohong”. Sederhana melayani, selalu iklas dan tulus, bangga sebagai rakyat biasa serta berbahagia jadi sahabat rakyat. Pesan moral itu yang secara tak langsung disampaikan Ida Dayak.

 

(Penulis : Aktivis 98/ Rakyat Biasa, Eko Octa)            

SHARE

KOMENTAR