Kedamaian dan nama baik tanah Kalimantan tiba-tiba terusik dengan pernyataan nyinyir mantan caleg PKS, Edy Mulyadi. Masyarakay Suku Dayak pun marah, mereka tak terima tudingan Kalimantan dengan sebutan “tempat jin buang anak”.
Berbagai reaksi terhadap komentar negatif pun sontak mengemuka dan terus bermunculan bak bola salju yang makin membesar. Bahkan, tuntutan minta maaf hingga pelaporan ke penegak hukum, juga menjadi bagian dari reaksi pedas terhadap pernyataan Edy Mulyadi. Komentar Edy Mulyadi yang viral melalui medsos itu telah menyakiti warga Kalimantan, termasuk di dalamnya Suku Dayak.
Kekinian, sosok Panglima Burung atau juga disebut Pangkalima mendadak popular. Sebelumnya, salah satu pria yang menyebut dirinya ‘titisan’ Panglima Burung viral di video yang beredar menyatakan kemarahannya, mewakili Suku Dayak.
Sebelumnya, nama Panglima Burung mencuat saat tragedi konflik di Sampit dan Sambas, Kalimantan, pada 2001 silam. Panglima Burung diyakini menyatukan Suku Dayak se-Kalimantan dan memberinya kekuatan.
Banyak versi cerita tentang Panglima Burung. Dari cerita rakyat populer, terutama di Kalimantan, Panglima Burung adalah sosok gaib legendaris yang dipercayai sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak.
Konon, dia menghuni gunung di pedalaman Kalimantan. Sebagian cerita menyebutkan Panglima Burung adalah jelmaan burung Enggang, burung yang dihormati di bumi Borneo. Dalam kondisi tertentu, warga Dayak menggelar ritual tari perang untuk memanggil Panglima Burung. Sosok panglima memang diyakini sakti dan memberi kekuatan.
Walaupun sosok Panglima Burung telah tiada, namun rohnya dapat berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga sosok Panglima Brung disebut sebagai penjelmaan dari Burung Enggang, yaitu burung yang dianggap keramat dan suci di Kalimantan. Ada-pun versi lain yang menceritakan bahwa Panglima Burung adalah sebuah gelar yang diberikan kepada seorang Panglima di tanah Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Ia memiliki kehidupan sehari-hari layaknya orang biasa pada umumnya tetapi dia tidak menikah dan sosok panglimanya akan hadir jika terjadi kekacauan di tanah Dayak.
Cerita terkait yang sangat terkenal adalah tentang mandau terbang atau mandau yang bergerak sendiri mengincar lawan. Mandau adalah pedang khas Kalimantan. Panglima Burung dipercaya sebagai yang menggerakkan mandau terbang.
Panglima Burung, dikalangan masyarakat Kalimantan dikenal sosok dan karakter orang Dayak yang cinta damai, mengalah, suka menolong, sederhana, merawat alam dan warisan nenek moyang. Karakter itu melompat jadi berani, beringas, dan kejam ketika terancam dan habis kesabaran. Suku Dayak menggenggam nilai dan tradisi nenek moyang. Dari sisi lain, suku Dayak juga identik dengan hal-hal yang beraroma dunia gaib, salah satunya kepercayaan akan sosok Panglima Burung.
(Dari berbagai sumber/ Nesto)