Sama-sama Tak Gemar Berkuda, Doyan Blusukan dan Dimotivasi Doa Istri, ini Persamaan Jokowi dan Ganjar

400
Ilustrasi

HINGGA saat ini, tak bisa ditampik gaya kepemimpinan Joko Widodo masih menjadi inspirasi masyarakat. Era kepemimpinan Jokowi, istilah blusukan menjadi populer. Sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 2012 silam, Jokowi tak pernah meninggalkan kebiasaannya, dimulai sejak menjabat Walikota Solo dengan kerja turun langsung ke masyarakat.

Soal blusukan, dikenali menjadi ciri Jokowi juga Ganjar. Bertemu warga, berbincang akrab, mendengar keluhan dan tertawa bersama membuat masyarakat merasa dekat dengan pemimpinnya. Itu juga yang dilakukan Jokowi, atau Ganjar. Kediaman warga yang didatangi pemimpin merakyat yang menerapkan semangat bersaudara menyapa ramah, penuh senyum tentunya mendatangkan kegembiraan.  

Jokowi atau Ganjar punya cara yang sama menguatkan persaudaraan dengan masyarakat dengan berbagi sembako, kaos atau uang. Tak hanya itu, jika Jokowi acap memberikan sepeda kepada masyarakat yang menjawab pertanyannya, sementara Ganjar -dikutip dari sejumlah sumber media- memberikan hadiah laptop, hape juga buku.

Kerinduan masyarakat tentu perlu terobati jika Jokowi tak lagi menjabat sebagai kepala negara. Dan, publik pun menilai, hanya Ganjar Pranowo yang diyakini sebagai capres pelanjut dan pemilik kemiripan kinerja dengan Jokowi.            

Gaya komunikasi Ganjar Pranowo boleh dibilang tak jauh berbeda seperti Joko Widodo yaitu merakyat dan tak biasa berdiam diri dibalik meja. Dari catatan beragam media pun, disimpulkan Jokowi atau Ganjar, juga memiliki kesamaan, tak menggemari olahraga berkuda, atau memelihara kuda.     

Gaya kepemimpinan merakyat memang masih merupakan magnet electoral bagi para pemilih. Masyarakat yang sudah merasa pas selama dipimpin Jokowi dengan budaya merakyat, terkesan masih ingin berlanjut. Publik masih memiliki kesan dan keyakinan bahwa pemimpin yang baik itu harus merakyat. Dan, pada Ganjar Pranowo yang menguat kesan merakyat pelanjut Jokowi.

Umumnya, rakyat akan lebih memantapkan hati pada figure yang dianggap mudah berbaur dan merakyat. Jokowi, atau Ganjar, sama-sama pemimpin yang welas asih serta peduli pada masyarakat. Karena, keduanya sudah melewati kesulitan ekonomi pada masa kecilnya sehingga bisa merasakan derita masyarakat kecil.  

Masa lalu Presiden Joko Widodo, hanya orang biasa. Bukan dari keluarga pejabat atau orang kaya. Orangtuanya hanya seorang tukang kayu di pinggiran Sungai. Getirnya hidup membuatnya tak kenal menyerah. Akhirnya, Jokowi pun mampu menorehkan kesuksesan.

Demikian juga, Ganjar. Orangtuanya, Parmudji dan Sri Suparmi, dikaruniai enam orang anak. Sang ayah berprofesi sebagai polisi dengan jabatan rendah, dan gaji kecil. Sementara, sang ibu membuka warung kelontong, untuk membantu menyokong keuangan keluarga ini. Ganjar pun pernah berjualan bensin eceran. Dan, pada akhirnya, Tuhan merubah nasib Ganjar menjadi anggota DPR dua periode, berlanjut menjabat Gubernur Jateng.  

Satu lagi kesamaan Jokowi dan Ganjar yakni bangga dan bahagia dengan istrinya yang setia dan mencintai dirinya. Presiden RI dengan ibu negara, Iriana dan istri Capres RI, Siti Atiqoh Supriyanti, sama-sama sudah meneguhkan hati dan membuktikan telah memilih wanita yang tepat, berbobot, dan benar-benar mau menemani suaminya dalam kondisi apa-pun.

Jokowi, atau Ganjar setidaknya sudah mengokohkan pesan moral, dibalik kesuksesan suami ada peran istri. Ungkapan itu menunjukkan betapa pentingnya peran seorang istri. Dikutip dari intisari, sebagaimana Ronald Reagan melalui surat cinta kepada istrinya, Nancy Reagan mengucapkan tentang rasa terima kasihnya atas segala dukungan Nancy ketika menjadi Gubernur California. Terima kasih sudah membawaku sampai pada posisi ini. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan kebahagianku. Demikian disampaikan Ronald Reagan.   

Pun Hillary Clinton. Ia melihat sesuatu yang istimewa dalam diri Bill Clinton. Keduanya mempunyai visi dan misi yang sama soal politik. Hillary berkata, pasangan hidup Anda akan membantu memperbaiki dan fokus pada tujuan Anda.

Tak berbeda dengan Laura Bush. Dia menjadi orang terdepan ketika suaminya, George W. Bush membutuhkan tempat bercerita dan menangai masalah. Laura memberikan dukungan secara moril dan emosional kepada suaminya. Menurutnya, dukungan sempurna itu akan memberikan kepercayaan diri yang besar kepada sang suami.

(Penulis : Aktivis 98, Eko Okta Ariyanto)

SHARE

KOMENTAR