Buntut dari Covid-19, Resesi Datang, Apa Saja Dampaknya?

899

Perekonomian Indonesia pada kuartal III diperkirakan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, akan kembali minus. Sebelumnya, perekonomian Indonesia pada kuartal II telah mengalami minus hingga 5,2 persen. Kondisi ini mendatangkan ancaman resesi ekonomi bagi Indonesia.

Resesi ekonomi terjadi ketika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif selama dua atau lebih berturut-turut kuartal. Ada banyak dampak yang ditimbulkan oleh resesi, salah satunya adalah meningkatnya angka pengangguran.

Pengangguran cenderung meningkat dengan cepat selama resesi. Beberapa perusahaan memilih memangkas biaya dengan mengurangi jumlah pekerja.Pemangkasan biaya yang dilakukan bertujuan untuk membendung kerugian. Perusahaan akan mulai memberhentikan pekerja sehingga menciptakan angka pengangguran yang tinggi.

Jumlah pekerja yang menganggur di banyak sektor meningkat secara bersamaan. Kesempatan mendapatkan pekerjaan baru pun menjadi sulit karena perusahaan membatasi perekrutan pekerja baru.

Pengertian resesi adalah periode penurunan ekonomi sementara di mana perdagangan dan aktivitas industri berkurang, umumnya ditandai dengan penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut. Arti kata resesi bisa juga dimaknai sebagai pelambatan atau kontraksi besar dalam kegiatan ekonomi.

Penurunan pengeluaran yang signifikan umumnya mengarah ke resesi. Diwartakan The Economic Times, pelambatan dalam kegiatan ekonomi dapat berlangsung selama beberapa kuartal sehingga benar-benar menghambat pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti itu, indikator ekonomi seperti PDB, laba perusahaan, pekerjaan, dan lain-lain, turun dan akan tidak selazimnya di seluruh ekonomi.

Dalam masa resesi, tidak sedikit bisnis di berbagai sektor mengalami kegagalan. Pekerja yang terkena PHK pun melonjak sehingga butuh lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Dengan demikian, pasokan tenaga kerja yang siap dipekerjakan akan tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang tersedia.

Dampak dari resesi ekonomi ini umumnya tidak berumur pendek. Tingkat pengangguran akan naik dalam waktu singkat namun membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan kondisi.

Pengamat dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, persiapan menghadapi resesi yang sudah terlanjur terjadi adalah kedisiplinan dalam penanganan pandemi virus Corona (COVID-19). Pasalnya, wabah inilah yang mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia, maupun dunia. Dengan upaya ini, setidaknya bisa mencegah penyebaran virus berkepanjangan, dan juga dampaknya ke ekonomi lebih lama.

"Kalau dilihat memang sekarang agak telat karena kasusnya naik. Tapi setidaknya kita mengejar kasus COVID-19 tidak bergulir sampai awal tahun depan. Makanya kuncinya itu ada di kesehatan," ungkap Yusuf dilansir detikcom, Rabu (23/9/2020).

Setelah persoalan krisis kesehatan bisa dilalui, maka yang bisa dilakukan masyarakat ialah berbelanja untuk mendongkrak pertumbuhan konsumsi. Terutama bagi masyarakat kelas menengah atas yang kontribusinya sangat besar terhadap pertumbuhan konsumsi.

"Apalagi kelas menengah atas yang tentu dia mempunyai pilihan untuk tidak melakukan aktivitas ekonomi di luar. Padahal kontribusi kelas menengah atas terhadap ekonomi ini cukup besar. Jadi ketika mereka menahan konsumsi karena was-was, ya ini yang akhirnya tergambar dari ekonomi secara keseluruhan, khususnya untuk konsumsi rumah tangga," jelas Yusuf.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, bagi masyarakat yang terlanjur tak memiliki tabungan ketika sudah resesi, bukan berarti harus menahan konsumsi demi menyimpan uang. Pasalnya, menahan konsumsi justru akan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia yang sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga.

"Masyarakat yang punya pekerjaan berarti harus berjaga-jaga. Jadi mempunyai tabungan. Kalau punya aset menyimpan yang lebih aman atau stabil, seperti properti, emas, kalau yang sudah punya aset. Tapi ya saya tidak menganjurkan untuk ekstra hemat. Karena itu kan dampaknya ke ekonomi terhadap konsumsi itu bisa lebih menekan lagi. Apalagi kalau sampai panik. Justru itu bisa memperdalam krisisnya," papar Faisal. (sumber : tirto.id/detik.com/pr)

SHARE

KOMENTAR