EKONOMI DIGITAL, PILIHAN TUNGGAL ERA COVID-19

620
Marhadi Lutvi

Dunia kini masih berjibaku untuk menjinakkan dan menangkal penyebaran virus Covid-19. Jika 3 atau 5 tahun kedepan, atau lebih dari itu, virus ini tidak bisa teratasi, maka diprediksi ekonomi Indonesia rawan. Tak hanya itu, ketahanan juga akan bergantung pada pertumbuhan yang berkelanjutan dalam hal konektivitas di seluruh dunia. Saat ini, pada era Covid-19, perekonomian mencatatkan budaya baru dengan era digitalisasi agar lebih awal mengalami kinerja lebih baik pada tahun 2021.

Sebagaimana diketahui, banyak negara melakukan berbagai cara untuk mempersempit penyebaran virus Covid-19, seperti yang dilakukan pemerintah dengan melakukan pembatasan sosial atau Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali. Pemerintah juga terus menggalakkan gerakan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak), hingga menjalankan program vaksinasi covid-19 secara massal.

Dampak pandemi Covid-19 masih terasa hingga kini lewat perubahan pola aktivitas masyarakat yang banyak dipusatkan di rumah. Hal itu disebabkan imbauan tetap di rumah dan protokol kesehatan untuk menjaga jarak fisik. Perubahan itu ikut mengubah aktivitas perdagangan, supply chain, serta distribusi produk dan jasa di hampir semua industri.

Hal itu menuntut banyak pelaku ekonomi mau tak mau diharuskan beradaptasi dengan masa ini agar bisa menjemput kesempatan (opportunity) baru. Namun, saat ini baru pelaku ekonomi seperti e-commerce dan financial technology (fintech) yang mungkin sudah sangat siap dengan situasi ini. Tapi, saat ini masih ada pelaku usaha yang belum siap menghadapi masa ini.

Saat ini, kebiasaan konsumen telah sepenuhnya bergeser. Selama pandemi covid-19 umumnya, sebagian besar konsumen membeli barang-barang yang berkaitan dengan kesehatan. Sehingga, kunci dari pergeseran konsumsi masyarakat ini adalah inovasi dengan membaca kebutuhan pasar.

Harus diakui, pandemi Covid-19 telah memberikan efek domino multisektoral (kesehatan, sosial, ekonomi, keuangan). Namun aktivitas ekonomi harus terus berjalan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan. Ekonomi digital dinilai menjadi penopang perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19.

Gadget, jika sebelumnya,cuma buat bikin status, mendapatkan like, komentar, atau main game. Sekarang, adalah penting gunakan gadget untuk promosi secara kreatif. Misalnya, ada yang membuat handycraft, ya bantu promosikan.

Di masa pandemi Covid-19, disadari atau tidak, masyarakat dipaksa untuk memasuki era 4.0 secara nyata. Sebab, untuk memutus rantai penyebaran virus corona, hampir semua event dipindah dengan menggunakan teknologi. Maka, agar tetap bisa bertahan, mau tidak mau pelaku usaha harus mau mengikutinya.

Penerapan ekonomi digital bukan lagi di depan mata tapi sudah masuk ke sendi-sendi kehidupan sekarang ini. Tak berbeda dengan tren dunia, Indonesia saat ini sedang memasuki era digitalisasi di berbagai sektor. Dunia industri berubah dan bergeser seiring perkembangan internet dan revolusi digital melalui perkembangan inovasi dan otomatisasi di berbagai sektor. Kehadiran internet menciptakan internet economy atau ekonomi digital di berbagai belahan di dunia.

Dengan adanya himbauan WFH ini dunia digital mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini, semua kegiatan masyarakat sudah banyak dilakukan secara online. Semua bisnis yang biasanya dilakukan di kantor atau di pusat perbelanjaan saat ini sudah banyak beralih ke dunia online. Penggunaan internet di dunia maupun Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan adanya virus corona ini. hikmahnya dengan adanya WFH ini banyak orang yang akhirnya sadar teknologi. Dan mereka mau belajar tentang pentingnya dunia digital dalam perkembangan bisnis. Banyak orang yang menyadari jika saat ini sudah jadi trend-nya industri kreatif 4.0.

Fenomena ketimpangan ekonomi menciptakan diskursus anyar yang menarik untuk dikaji. Di tengah peradaban Revolusi Industri 4.0, manusia milenial berlomba mendemonstrasikan kehidupan digital yang disinyalir lebih efektif dari kehidupan nyata.

Generasi Z, lebih cenderung aktif dalam dunia maya karena di sini kebebasan berekspresi terlihat. Pengguna internet saat ini telah mencapai 93,4 juta orang dan pengguna telepon pintar sebanyak 71 juta orang. Transformasi digital bisa jadi adalah jawaban efektif untuk mengentaskan masyarakat dari krisis ekonomi yang terjadi saat ini.

Selain berdagang digital, industri e-commerce juga menyediakan lapangan kerja lainya seperti kurir jasa antar logistik dan orang, provider telekomunikasi, produsen perangkat pintar dan lain sebagainya. Bila ekonomi digital ini digencarkan, maka publik secara mandiri dapat menghidupi kebutuhan ekonominya tanpa mengais atau mengharapkan insentif dari pemerintah.

Ekonomi digital merupakan sarana berpikir logis untuk orientasi ekonomi kreatif yang selama ini telah di rancang sedemikian rupa namun implementasinya sampai saat ini belum sedemikian terasa. Para start up creator dan UKM dapat berinovasi semenarik mungkin untuk bersaing dalam pasar digital.

Namun, implementasi ekonomi digital di Indonesia bukan tidak berkendala. Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang teknologi dan fungsinya yang sangat luas, sumber daya manusia yang belum memadai, edukasi, serta pendanaan akan menjadi penghambat pertumbuhan e-commerce di negeri ini, masih jadi kendala. Meski pengguna internet dan gawai saat ini terbilang banyak, namun sebagian besar mereka belum dapat mengoptimalkan fungsi dari internet itu sendiri.

Artinya, diperlukan tindakan solutif agar e-commerce di Indonesia dapat berkembang dengan pesat. Tindakan solutif ini lebih cenderung terhadap stimulus untuk mereka agar bergerak. Edukasi mengenai e-commerce secara singkat dan pendanaan cukup merupakan dua faktor kunci. Edukasi bisa berupa kampanye terhadap publik tentang orientasi ekonomi digital, manfaat, serta cara kerjanya secara praktikal. Secara psikologi, masyarakat cenderung akan bergerak dan mencari jalan keluar ketika kebutuhan pangan atau ekonomi semakin terdesak.

Saat ini, tantangan ekonomi digital Indonesia juga harus disempurnakan. Faktor yang menjadi penghambat itu diantaranya yakni belum semua wilayah di Indonesia memiliki kualitas internet yang memadai, lemahnya cyber security dan keamanan data diri konsumen, kurangnya talenta digital yang sesuai dengan kebutuhan industri dan baru 9,4 juta UMKM yang sudah go digital dari total 60 juta UMKM.

Mengingat Covid-19 yang diperkirakan masih akan terus berlanjut lama, maka budaya perekonomian digital menjadi hal penting. E-commerce merupakan sarana bisnis kreatif untuk membangkitkan ekonominya secara mandiri saat pandemi Covid-19. (*)

 

Penulis : Sekretaris DPC BMI Kota Bogor, Marhadi Lutvi

SHARE

KOMENTAR