Peringati Kudatuli, Kader PDI Perjuangan Kota Bogor Kenang Politik Brutal Bandit Orba

54
Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor Dadang Iskandar sampaikan sambutan saat memperingati peristiwa berdarah, Kudatuli

Aartreya – PDI Perjuangan Kota Bogor menggelar peringatan tragedi berdarah Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) 1996 dengan nonton bareng tayangan film dan testimoni para tokoh dan korban yang diproduksi DPP PDI Perjuangan di kantornya, Jalan Ahmad Yani II, Tanah Sareal, pada Sabtu (27/7/2024).

Kegiatan tersebut diawali dengan renungan dan doa bersama para kader banteng kota hujan. Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata menyampaikan, peristiwa Kudatuli adalah bukti zholimnya penguasa Orde Baru saat itu.  

“Sebagaimana kata Bung Karno, Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, peristiwa Kudatuli patut dikenang. Karena, ada banyak korban dan juga merupakan kejahatan HAM,” kata politisi yang juga pimmpinan DPRD Kota Bogor.

Disela nobar, salah satu saksi sejarah, Jefri Ricardo juga menyampaikan kesaksiannya menuturkan brutalnya rezim Soeharto bersama antek Orba kala itu.

“Saat itu, saya hadir di Mayestik, ketika terjadi kerusuhan. Kudatuli adalah peristiwa kebiadaban politik Orba sehingga berdampak korban jiwa, kader PDI pro Mega saat itu. Sebelumnya, dari Kota Bogor juga hadir hampir setiap hari, saat digelar mimbar bebas yang dipimpin mendiang M Sahid dan kawan-kawan. Salah satu korban Kudatuli dari Kota Bogor yakni almarhum Triono,” kenangnya.

Sebagai informasi, saat itu massa pendukung PDI kubu Soerjadi bersama sejumlah orang yang diduga aparat, menyerang kantor DPP PDI yang diisi oleh massa pendukung PDI kubu Megawati Soekarnoputri.

Upaya penyerangan itu didukung oleh pemerintahan Orde Baru untuk menggulingkan kepemimpinan Megawati dari kantor pusat PDI.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat, Jakarta Pusat.

Dari hasil penyidikan Komnas HAM, sebanyak 5 orang massa pendukung Megawati tewas, 149 orang terluka dan 23 orang hilang. Peristiwa itu pun dikenal sebagai penyerangan 27 Juli atau Kudatuli atau Sabtu Kelabu. (Eko Okta)

       

SHARE

KOMENTAR