Baru-baru ini, salah satu mesin politik menggelar senam sehat bersama masyarakat Kota Bogor di Lapangan Sempur, Sabtu (14/1/2023). Disebut-sebut acara tersebut dihadiri ribuan warga Kota Bogor.
Senam sehat ini dihadiri Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Ketua PAN Jabar Desy Ratnasari, Anggota DPR Eko Patrio dan senam dipimpin langsung influencer kesehatan Liza Natalia.
Beberapa bendera partai terkait terlihat berjejer disepanjang Lapangan Sempur, di lokasi yang manjadi bagian cakupan lintasan Sistem Satu Arah (SSA). Ironisnya, hanya beberapa hari sebelumnya, Satpol PP dan Kesbangpol Kota Bogor mencabut ratusan bendera PDI Perjuangan yang tengah merayakan HUT ke-50. Dalihnya, bendera PDI Perjuangan tersebut dipasang di jalur SSA. Hal itu disampaikan Kepala Satpol PP Agustyansah.
Pertanyaan pun muncul, kenapa larangan dan pencopotan massal bendera tersebut hanya diberlakukan untuk PDI Perjuangan, tapi tidak untuk partainya Bima Arya? Dugaan pun menyeruak, pencopotan ratusan bendera PDI Perjuangan yang dikibarkan saat perayaan HUT ke-50, disinyalir atas instruksi kepala daerah yang juga ketua DPP partai tetangga.
Kembali terkait penggunaan senam massal di Lapangan Sempur. Lagi-lagi aturan larangan menginjak rumput Lapangan Sempur hanya berlaku untuk masyarakat, tapi diduga tak berlaku untuk mesin politik yang dinaungi Bima Arya. Hal itu terbukti, adanya gelaran senam massal yang menginjak-injak rumput di alun-alun tersebut.
Sebagai Walikota Bogor, Bima Arya terkesan seolah lupa dengan penggalan syair lagu berjudul Kegagalan Cinta karya Rhoma Irama yang menyebutkan,” kau yang mulai, kau yang akhiri. Kau yang berjanji, kau yang mengikari ….”.
Semestinya, Bima Arya selaku kepala daerah konsten dengan aturan yang dibuatnya soal larangan menginjak rumput di Lapangan Sempur yang perbaikannya dimulai pada tahun 2017 silam. Sebagaimana dikektahui, Taman Sempur dipenuhi rumput seluas 500 meter persegi. Pembangunannya dulu menghabiskan anggaran Rp 2 miliar itu.
Informasi yang dhimpun, harga rumput termuda jenis Cynodon dan Dactylon (CD) di Lapangan Semput itu tak kuat menopang pijakan kaki manusia. Media yang digunakan untuk menanam rumput tersebut bukan hanya berupa tanah saja, melainkan dilapisi pasir laut.
Apa jadinya jika rumput tersebut terinjak-injak karena senam massal. Rusak? Sudah tentu. Lalu, apakah masyarakat Kota Bogor atau organisasi lain boleh menggunakan Lapangan Sempur seperti yang dicontohkan mesin politiknya Bima Arya melalui senam massal? Kita lihat saja nanti.
(Penulis : Aktivis 98, Eko Octa)