Pada 14 Februari 2024 mendatang, seluruh rakyat Indonesia akan kembali memilih pemimpin negeri atau calon presiden melalui bilik TPS. Sejauh ini, pembangunan Indonesia yang dinakhodai Presiden Joko Widodo boleh dibilang telah menuju arah yang benar dan berjalan baik.
Hal itu diketahui dari tingkat kepuasan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengalami kenaikan menjadi 82% dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada pada 12-17 April 2023. Angka ini merupakan kepuasan kinerja tertinggi kepada Jokowi selama menjadi presiden.
Jokowi setidaknya sudah membuktikan selama menjadi kepala negara sukses mengendalikan berbagai masalah dan tantangan yang bersumber dari global maupun lokal, seperti persoalan ekonomi, perlindungan sosial, kesehatan, hingga penegakan hukum.
Selain itu, juga menorehkan prestasi membangun Indonesia melalui pembangunan infrastruktur dan jalur-jalur konektivitas, seperti pembangunan jalan tol, tol laut, dan infrastruktur lainnya yang berdampak positif menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru.
Jika mayoritas puas, artinya Jokowi terbilang piawai menjalankan orkestrasi kebijakan tersebut. Capaian yang ditorehkan Presiden Joko Widodo ini patut menjadi penanda baru prestasi kepemimpinan. Apresiasi rakyat ini tentunya harus direspons dengan kinerja yang lebih keras lagi, melalui pasangan presiden dan wakil presiden berikutnya, pasca kepemimpinan Jokowi.
Sebagaimana diketahui, perolehan kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2019 menjadi salah satu syarat untuk dapat mencalonkan presiden atau wakil presiden (capres/cawapres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Hal itu, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum pasal 222 yang berbunyi “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya."
Berdasarkan Undang-Undang Pemilu tersebut, partai politik yang memenuhi syarat untuk mengajukan capres/cawapres pada Pilpres 2024 harus memperoleh minumum 20% dari jumlah kursi DPR pada Pemilu 2019. Dengan demikian, hanya 1 partai yang memenuhi persyaratan dari persentase perolehan kursi DPR.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDI Perjuangan meraih 22,26% dari jumlah kursi DPR RI yang sebanyak 575 kursi pada Pemilu 2019. Artinya, partai berlogo kepala banteng moncong putih ini berhak mengusung capres/cawapres pada Pilpres 2024 tanpa harus melakukan koalisi. Sementara, 8 partai lainnya harus melakukan koalisi agar perolehan kursi DPR RI memenuhi ambang batas untuk dapat mengusung calon presiden (Presidential Threshold) minimal 20%.
Kedelapan partai tersebut adalah, Partai Golongan Karya (Golkar) meraih 14,78% kursi DPR RI. Diikuti Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) meraih 13,57%, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebesar 10,26%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebesar 10,09%.
Selanjutnya, ada Partai Demokrat meraih 9,39% kursi DPR RI, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meraih 8,7%, Partai Amanat Nasional (PAN) meraih 7,65%, serta Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meraih 3,3% kursi.
Membahas kandidat bakal Calon Presiden (Capres) 2024 tentu semuanya baik dan berprestasi. Dari tiga capres sementara ini ada tiga nama yakni, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto atau Anies Baswedan, tentunya masing-masing memiliki prestasi dan kelebihan.
Ganjar ditetapkan sebagai calon presiden yang diusung PDI Perjuangan oleh ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Jumat 21 April 2023. Sementara Anies telah dideklarasikan sebagai bakal calon presiden oleh tiga partai koalisi sekaligus, yakni Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS. Sedangkan Prabowo ditetapkan sebagai bakal calon presiden oleh Partai Gerindra.
Lalu siapa capres terbaik pasca Jokowi? Jika bicara siapa pemimpin terbaik mendatang yang akan jadi penerus Jokowi? Menurut penulis, jika kita sepakat Jokowi dinilai baik dengan segudang prestasi, tentunya capres kedapan idealnya juga memiliki ciri dan prestasi serta gaya hidup merakyat yang tak beda dengan Jokowi.
Sebab, ada banyak teladan inspiratif dari kesuksesan Jokowi, mulai dari karirnya berlatarbelakang rakyat biasa dengan pernah mengalami derita yang seperti dirasakan banyak orang dengan keuangan pas-pasan. Jokowi, awal terjun di dunia politik, dipercaya menjadi Walikota hingga ke tingkat Gubernur. Ada tetesan keringat di setiap perjalanan langkahnya meniti karir hingga berhasil duduk di kursi kepresidenan.
Kisah perjalanan Jokowi membangun karirnya dimulai statusnya berlatarbelakang sebagai rakyat biasa, dan kini sukses torehkan prestasi di negeri ini, sangat ideal dicari perbandingan kesamaannya dari tiga capres yang nantinya akan berkontestasi di pilpres 2024.
Jika dari cerita perjalanan Jokowi dengan slogan “Berseri Tanpa Korupsi” sukses menekan angka KKN ketika memimpin kota Solo, dahulunya. Serta, doyan blusukan dan dekat dengan rakyat juga kerja keras yang dilakukan dengan cerdas, merupakan salah satu syarat untuk meraih kesuksesan. Maka, tak berlebihan jika mencari capres mendatang idealnya yang memiliki ciri yang sama dengan Jokowi.
Seorang capres yang dekat dengan bau peluh rakyat, gemar blusukan, berprestasi dalam tata kelola pemerintahan dan bergaya hidup sederhana. Lalu, siapa capres tersebut? Jawabannya, ada di hati pembaca. Yang sederhana, merakyat, yang berlatarbelakang dari orang biasa, bhinekais, nasionalis dan pernah merasakan menderita seperti kebanyakan rakyat. Siapa lagi, kalau bukan Ganjar Pranowo. (*)
(Penulis : Ibu Rumah Tangga/ Aktivis Perempuan Merah Putih Kota Bogor, Hj Suparti)