Aartreya - Tradisi Ngumbah Kujang menjadi bagian dalam rangkaian Hari Jadi Bogor (HJB) ke 541. Hingga hari akhir pencucian, sudah sepekan prosesi ini dilakukan dengan melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Federasi anjat Tebing Indonesia (FPTI), Pemadam Kebakaran (Damkar), anggota Yonif 315/Garuda dan Kospasgat didampingi para budayawan dan sesepuh Kota Bogor. Demikian disampaikan Ketua Panitia Acara Ngumbah Kujang, Tjetjep Thoriq.
“Ngumbah Tugu Kujang ini sudah dimulai dari tahun 1990-an, dasar idenya dari Damas (Daya Mahasiswa Sunda) ini bersama senior saya juga ikut serta,” kata Tjejep Thoriq yang saat itu bersama Budayawan Bogor, Suryana di tugu Kujang, Rabu (14/6/2023).
Sejak tahun 1982 berdiri Tugu Jujang, sambungnya, baru sekitar tahun 1990 rutin dilakukan pencucian.
“Dulu, awalnya, temen-temen Damas, tim pemanjatanya iseng memanjat Tugu Kujang. Ternyata bisa dipanjat. Dari situ mulai dilakukannya, setiap tahunnya. Hanya pada era Covid-19 merebak saja tidak diberlakukan,” tukasnya.
Tugu Kujang, sebutnya, merupakan symbol ikon Suku Sunda.
“Orang Sunda itu tidak hanya di Jabar, tapi juga di sejumlahnegara, belahan dunia. Jadi, orang Sunda itu harus mengurus pusakanya. Jadi, dengan mengurus pusaka, saudara kita di luar negeri bisa ikut terpanggil. Paling tidak, bisa ikut mengirimkan doa. Itu yang penting,” ucap Tjetjep.
Kegiatan Ngumbah Kujang, dimulai pada tanggal 8 sampai 14 Juni dari jam 08.00 hingga jam 17.00. Tjejep berujar, ada tiga sumber air yang digunakan untuk mencuci Kujang. Diantaranya dari Cidangiang, Cikahuripan dan Cicalengka
“Usai dilakukan Ngumbah Tugu Kujang (dilakukan beberapa pemanjat) langsung hujan. Alhamdulilah tidak menganggu tim pemanjat, karena hujan turun setelah dilakukan prosesi pencucian Tugu Kujang,” tunturnya.
Sementara sejawatnya Budayawan Sunda Maung Bodas, Suryana menambahkan, kegiatan cuci Tugu Kujang diharapkan kedepan jadi tradisi dan terus dilestarikan.
"Tujuannya untuk mengenang, menyatukan juga ajang silaturahmi budyawan juga warga Kota Bogor. Makna dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk membersihkan diri lahir batin melalui simbol membersihkan kujang. Selain untuk melestarikan tradisi sunda,” tutup Suryana. (Eko Octa)