Seorang Ustadz Khalid Basalamah mendadak viral lantaran sampaikan ceramah membahas soal pewayangan. Ia menyebutkan bahwa haram memainkan peninggalan budaya Indonesia ini dan adanya larangan untuk memainkan wayang.
Ustaz Khalid Basalamah pun sontak menjadi sorotan karena pernyataannya soal wayang. Dalam salah satu video ceramahnya yang beredar di media sosial, Ustaz Khalid Basalamah menilai permainan wayang sebaiknya dihilangkan karena tidak sesuai dengan ajaran agama. Tak pelak pernyataan ini langsung menjadi kontroversi di Tanah Air, mengingat wayang merupakan salah satu warisan kebudayaan yang mengakar kuat di masyarakat.
Apa yang disampaikan Ustadz Khalid Basalamah boleh dibilang tak berdasar. Bahkan, seolah melupakan juga mengabaikan sejarah. Serta, miskin literasi dan bukan tak mungkin jarang baca buku. Â Ia lupa, dari banyak sumber literasi sejarah bangsa ini, Walisongo menyebar agama Islam melalui dakwah. Dan, dakwah mensyiarkan agama Islam menggunakan media wayang kulit. Hal itu, dilakukan karena unsur seni budaya yang saat itu dekat dengan masyarakat Jawa.
Wayang pun dinilai sebagai media dakwah Islam yang sukses di Indonesia. Kesuksesan wayang sebagai media dakwah, syiar Islam serta pesan moral pada zaman Walisongo terletak pada kekuatan pendekatannya. Yang, akhirnya bisa diterima masyarakat. Â
Sejarah mencatat, wayang produk asli budaya Indonesia, mampu mengenalkan Islam kepada masyarakat yang saat itu animisme, dinamisme. Salah satu yang menggunakan media dakwah melalui wayang, serta gamelan di Tanah Jawa yakni Sunan Kalijaga atau yang bernama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah.
Diketahui, Sunan Kalijaga atau bernama kecil Raden Mas Syahid lahir pada 1450 Masehi di Tuban, Jawa Timur. Ia merupakan putra seorang Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta. Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Bonang. Dalam menyebarkan agama Islam, sejarah mencatat, cara pendekatan yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan memakai sarana kesenian dan kebudayaan.
Sunan Kalijaga pun mengganti sejumlah tokoh Mahabharata dengan tokoh-tokoh Islam seperti Ali, Umar, Amir Hamzah dan lain-lain. Penggunaan pertunjukan wayang ditunjukan sebagai alat tradisonal untuk mengantarkan ajaran agama dan moral baik kepada masyarakat.
Dikutip dari berbagai sumber, Sunan Kalijaga saat berdakwah dengan menggunakan wayang kulit. Ia pun berperan penting dalam membentuk karakter Islam di Jawa, bahkan Nusantara yang lentur, toleran, dan penuh kearifan.
Hingga saat ini, peninggalan Sunan Kalijaga masih ada. Diantaranya seperti tembang Lir-Ilir yang masih diajarkan di masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Ada gubahan puitis, rancangan dan lakon wayang kulit hingga formasi alat-alat gamelan.
Wayang produk Sunan Kalijaga diantaranya Wayang Punakawan Pandawa yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Dan, hingga saat ini, wayang Sunan Kalijaga masih digunakan di kalangan masyarakat Jawa. Sejarah menyebutkan, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai sosok walisongo yang pandai mendalang. Diketahui dari beragam sumber, di Masjid Demak, Sunan Kalijaga kerap mengisi pagelaran wayang kulit yang diperuntukkan menghibur dan berdakwah kepada rakyat.
Hal itu menyimpukan, Islam disebarkan di bumi Nusantara oleh para Walisongo dengan cara damai. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penyebaran itu adalah memuliakan kearifan lokal, pendekatan seni budaya. Artinya, wayang itu produk budaya Indonesia, juga media dakwah Islam.
Semestinya, Khalid Basalamah sebelum bicara, akan lebih baik belajar dan dalami dulu sejarah, agar tak asal bicara. Intinya, jangan mengaburkan sejarah dengan keterbatasan bacaannya. Apakah karena tampilan wayang tak berjanggut, lalu disebut haram? Bagaimanapun juga, wayang adalah produk kekayaan budaya leluhur yang harus dijaga. Hal itu juga yang dilakukan para Walisongo dalam menghormati keragaman dan berdakwah melakukan syiar Islam.
Â
(Penulis, Aktivis 98 Eko Octa) Â Â Â